Menpora Minta Liga Putri Indonesia Digelar Kembali, PSSI Bisa Apa?
- Instagram @timnasindonesia
VIVA –Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo bakal berkomunikasi terkait digelarnya kompetisi sepakbola putri. Dito menginginkan Liga Putri Indonesia yang terakhir kali berlangsung pada 2019 kembali digelar
"Ya, ini nanti akan kami tanyakan juga. Karena kami juga ingin Liga Putri ini segera diselenggarakan," ujar Dito kepada awak media di Jakarta, Rabu, 9 Juli 2025.
Dito menilai keberadaan kompetisi sangat krusial bagi pembinaan atlet sepak bola wanita. Selain sebagai ajang pembibitan, Liga Putri disebutnya penting untuk menjaga nyala semangat para pesepak bola wanita dari berbagai daerah.
"Ini kan kita memulai untuk memberikan pemicu dan juga suntikan agar atlet-atlet putri bola se-Indonesia ini bisa ter-scouting juga. Ya, ini nanti kita akan membahas dengan PSSI," jelasnya.
Namun, ia juga memahami tantangan teknis dalam penyelenggaraan liga. Karena itu, Dito mengusulkan agar Liga Putri bisa digelar dalam format sederhana dan tidak terlalu membebani infrastruktur atau anggaran.
"Ya, mungkin nanti saya akan memberikan masukan ke PSSI bahwa mungkin bisa diselenggarakan juga secara praktis (tidak besar). Jadi jangan yang bersifat kelas atas dulu," ungkap Menpora.
Desakan agar Liga Putri segera digelar memang semakin kuat. Ini tak lepas dari hasil mengecewakan yang diraih Timnas Putri Indonesia saat menjamu Pakistan dalam Kualifikasi Piala Asia Wanita 2025. Dalam laga yang digelar di Stadion Indomilk Arena, Tangerang, Rabu, 2 Juli 2025, Garuda Pertiwi harus mengakui keunggulan tim tamu dengan skor 0-2.
Hasil itu memicu kekecewaan publik sepak bola Tanah Air. Banyak pihak menilai ketidakhadiran kompetisi domestik menjadi biang merosotnya performa timnas putri.
Meski begitu, Ketua Umum PSSI Erick Thohir belum menunjukkan tanda-tanda Liga Putri bakal digelar dalam waktu dekat. Menurutnya, minimnya jumlah pemain potensial masih menjadi kendala utama.
“Tidak. Bahwa seperti yang kita ketahui, saya sudah menjawab. Kita bisa lihat teman-teman jumlah talentanya belum cukup. Mau dipaksakan juga tidak mungkin,” tegas Erick.
Ia menilai, setelah sekian lama vakum, ekosistem sepak bola wanita di Indonesia perlu dibangun secara bertahap dan berkelanjutan, bukan sekadar ikut-ikutan tren.
“Karena sepakbola perempuan mati suri cukup lama. Jadi kalau sekadar ayo liga putri terus dibangun satu tahun terus berhenti. Karena talentanya tidak ada,” sambungnya.
Erick menyebut PSSI tidak tinggal diam. Federasi, kata dia, terus mendorong pembinaan dan pengembangan sepak bola putri. Namun, untuk urusan liga, pihaknya menegaskan tidak ingin terburu-buru.