Logo DW

Berkah Pandemi COVID-19 untuk Kota Pintar

Ilustrasi kota pintar (smart city).
Ilustrasi kota pintar (smart city).
Sumber :
  • dw

Untuk memulainya, Ganser ingin membangun manajemen sistem lampu lalu lintas adaptif di kota-kota Jerman, yang bisa bereaksi cepat terhadap situasi lalu lintas spesifik dan mengubah arus lalu lintas. Perusahaannya sudah sukses menerapkan sistem semacam itu di kota-kota metropolitan dunia, seperti Madrid, Mumbai dan Quito.

“Ongkosnya hanya sekitar 2,50 Euro per kapita. Mengoperasikan sistemnya akan menelan ongkos sekitar 1 Euro per kapita per tahun buat pemerintah kota bersangkutan“ tambah Ganser.

Lebih jauh pakar telematika lalu lintas itu mengatakan, di sisi lainnya, pemerintah kota akan menghemat ongkos 500 Euro per kapita per tahun, karena menurunkan tingkat kemacetan lalu lintas di dalam kota sebesar 25 persen.

Penghematan akan bertambah besar, jika lampu lalu lintas cerdas dilengkapi opsi untuk mengubah rute mobil penumpang. “Ini akan memotong kemacetan hingga separuhnya, dan kota bisa menghemat ongkos hingga 1.000 Euro per kapita / tahun“, tegas Ganser.

Manajemen sistem lalu lintas modern yang disebut sistem telematika, secara mendasar akan membiayai dirinya sendiri. Karena reduksi siginifikan emisi CO2 akan secara otomatis mengarahkan pada lebih kecilnya sertifikat karbon yang harus dibeli perkotaan, sesuai skema bisnis karbon yang berlaku atau yang direncanakan.

Akses data harus bebas

Martin Eldracher, CEO perusaaan konsultan IT Jerman, mengamini keyakinan Ganser itu. Ia mengatakan, pandemi virus corona menjadi kesempatan satu-satunya dalam seumur hidup, untuk mempercepat penerapan teknologi digital untuk meningkatkan kualitas kehidupan warga.

Tentu saja infrastruktur digital untuk itu harus tersedia. Eldracher terutama menunjuk pada kelemahan dan masih tambal sulamnya jaringan di banyak kota dan kawasan di Jerman, yang menghambat pembangunan digital.