Ustaz Adi Hidayat Ungkap Ciri-ciri Seseorang Menjadi Haji Mabrur

Ilustrasi Jemaah haji saat wukuf di Arafah
Sumber :
  • Dok Kemenag

Jakarta, VIVA –  Menjadi haji mabrur adalah impian setiap Muslim yang menunaikan ibadah haji. Sebutan "mabrur" sendiri seringkali menjadi tolok ukur kesempurnaan ibadah haji seseorang di mata Allah SWT. Namun, apa sebenarnya makna di balik predikat agung ini? Ustaz Adi Hidayat (UAH), seorang ulama yang dikenal dengan kedalaman ilmunya, memiliki penjelasan yang komprehensif mengenai mengapa haji disebut mabrur dan tanda-tandanya.

Makna Bahasa dan Filosofis "Mabrur"

Menurut Ustaz Adi Hidayat, kata "mabrur" berasal dari akar kata Arab "barrun" yang memiliki beberapa makna mendalam.

Kebaikan dan Ketaatan (Al-Birr): Makna dasar dari "barrun" adalah kebaikan, kebajikan, dan ketaatan yang tulus. Haji yang mabrur berarti haji yang di dalamnya terkandung kebaikan dan ketaatan yang sempurna kepada Allah SWT. Ini bukan sekadar pelaksanaan ritual, melainkan manifestasi dari kepatuhan yang utuh.

Diterima (Maqbul): Mabrur juga bermakna haji yang diterima oleh Allah SWT. Sama seperti doa yang "maqbula" (diterima), haji yang mabrur adalah haji yang mendapatkan rida Ilahi dan pahalanya tidak tertolak.

Pertumbuhan dan Perkembangan Kebaikan: UAH sering menjelaskan bahwa "barrun" juga terkait dengan pertumbuhan dan kemajuan. Seperti barrun (daratan) yang luas dan subur, haji mabrur menghasilkan kebaikan yang terus berkembang dan meluas dalam diri jemaah, tidak hanya berhenti setelah ibadah selesai. Artinya, ada peningkatan kualitas diri dan kebaikan yang berkelanjutan.

Dengan demikian, haji disebut mabrur bukan hanya karena ritualnya sudah terlaksana, tetapi karena telah mencapai derajat kebaikan tertinggi, diterima di sisi Allah, dan membawa dampak positif yang terus-menerus bagi pelakunya.

Indikator Haji Mabrur

Jalani Ibadah Haji, Ivan Gunawan Tampil dengan Kepala Botak Tuai Pujian

Indikator Haji Mabrur: Perubahan Sikap dan Karakter
Ustaz Adi Hidayat menekankan bahwa tanda-tanda haji mabrur tidak hanya terlihat saat di Tanah Suci, melainkan justru setelah kembali ke tanah air. Ini adalah ujian sesungguhnya dari kemabruran haji seseorang.

Peningkatan Kualitas Ibadah: Jemaah haji mabrur akan menunjukkan peningkatan signifikan dalam kualitas ibadah wajib maupun sunah. Salatnya lebih khusyuk, zikirnya lebih banyak, dan kecintaannya pada Al-Qur'an semakin mendalam.

Ivan Gunawan Tuntaskan Ibadah Haji 2025, Tampil Plontos

Semakin Dermawan dan Peduli Sosial: Salah satu tanda paling mencolok adalah munculnya kedermawanan dan kepedulian sosial yang lebih tinggi. Haji mabrur akan lebih ringan tangan membantu sesama, infak dan sedekahnya meningkat, serta lebih peka terhadap kesulitan orang lain.

Perkataan yang Lebih Baik: UAH sering menyoroti bahwa "perkataannya menjadi lebih baik". Ini berarti jemaah haji mabrur akan menghindari ghibah, fitnah, kata-kata kotor, atau perkataan yang menyakiti hati orang lain. Tutur katanya senantiasa lembut, positif, dan penuh hikmah.

Jadwal Lempar Jumrah Jemaah Haji Indonesia 2025: Hindari Kepadatan, Jaga Keselamatan!

Menurunnya Emosi Negatif: Mereka yang hajinya mabrur akan lebih mampu mengendalikan amarah, iri hati, dan sifat-sifat buruk lainnya. Hatinya menjadi lebih tenang dan damai, tercermin dalam perilakunya sehari-hari.

Kerendahan Hati dan Tidak Sombong: Meskipun telah menunaikan rukun Islam kelima, jemaah haji mabrur akan semakin tawadhu (rendah hati). Mereka tidak akan merasa lebih baik dari orang lain atau sombong dengan gelarnya.

Istiqamah dalam Kebaikan: UAH menekankan bahwa kemabruran haji adalah kebaikan yang berkelanjutan (istiqamah). Artinya, perubahan positif yang terjadi tidak hanya sesaat setelah pulang haji, melainkan terus dipertahankan bahkan ditingkatkan sepanjang sisa hidupnya.

Pentingnya Proses dan Niat

Ustaz Adi Hidayat juga selalu mengingatkan bahwa kemabruran haji adalah anugerah dari Allah SWT, bukan semata-mata hasil usaha manusia. Namun, upaya maksimal, niat yang tulus, dan ikhtiar untuk menjauhi segala larangan selama berhaji adalah prasyarat penting. Proses persiapan sebelum, selama, dan setelah haji sangat menentukan kualitas kemabruran.

Pada akhirnya, sebutan "haji mabrur" adalah sebuah predikat yang diberikan oleh Allah SWT, bukan oleh manusia. Tanda-tandanya terpancar dari akhlak dan perilaku yang semakin baik setelah kembali ke tanah air, menjadi pribadi yang lebih saleh, bermanfaat bagi sesama, dan senantiasa berorientasi pada ridha Ilahi. Inilah esensi sejati dari ibadah haji yang diharapkan setiap Muslim.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya