Hasil Akhir Vaksin MR Tak Mengandung DNA Babi, Ini Penjelasannya

Ilustrasi vaksin.
Sumber :
  • Pixabay/Ann_San

VIVA – Masih hangat polemik status vaksin Measles Rubella (MR) yang hingga kini masih menjadi topik pembicaraan masyarakat Indonesia. Meski produk vaksin MR produk dari Serum Institute of India (SII) yang dipakai di Indonesia dibuat dari bahan yang berasal dari babi, namun Kementerian Kesehatan RI telah menegaskan bahwa vaksin MR tidak mengandung DNA babi.

Tak Hanya Anak, Imunisasi Cacar Api Juga Penting untuk Usia Dewasa

Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri juga telah mengeluarkan fatwa yang berisi bahwa meski dibuat dari bahan yang berasal dari babi, vaksin MR dibolehkan (mubah) karena ada kondisi keterpaksaan (dlarurat syar’iyyah) dan belum ditemukan vaksin MR yang halal.

Namun, banyak orang yang masih bingung, mengapa hasil akhir vaksin MR tidak mengandung babi meski dibuat dari bahan yang berasal dari babi?

Kisah Inspiratif Malika Syakira, Seorang Penyintas Kanker yang Memiliki Mimpi Menjadi Guru Tari

Perlu diketahui, produksi vaksin sendiri bukan seperti pembuatan obat racikan, melainkan prosesnya yang sangat rumit sehingga membutuhkan waktu hingga 20 tahun lamanya.

Nah, masyarakat perlu mengenali tahapan produksi vaksin agar memahami proses dan kandungan di dalamnya. Berikut proses pembuatan vaksin dipaparkan oleh Peneliti Vaksin PT Biofarma sekaligus anggota ALMI, Dr. Neni Nurainy, di Jakarta Pusat, Jumat 21 September 2018.

Miris, Begini Kronologi Bayi 3 Bulan di Sukabumi Meninggal Dunia Diduga Usai Imunisasi

1. Penyiapan media

Pengambilan bibit vaksin terbaik (virus atau bakteri) sebagai antigen. Bisa juga dari toxoid dari organisme seperti difteri atau tetanus. Jenis lainnya bisa berasal dari organisme yang dibiakkan dengan media jamur.

Jumlah bibitnya memenuhi kebutuhan pembuatan vaksin. Sediakan juga media tumbuh untuk bakteri dan virus tersebut.

2. Inokulasi dan kultivasi

Penanaman virus atau bakteri pada suatu media yang sudah dimurnikan. Menumbuhkan virus dan bakteri ke dalam reaktor untuk penanaman skala besar dengan tripsin. Perlu tripsin utk melepaskan selnya.

3. Panen

Panen saat jumlah bakteri atau virus sudah memenuhi target.

4. Inaktivasi

Melakukan pelemahan virus atau bakteri. Inaktivasi dengan bahan kimia dan energi panas. Seperti racun dari difteri berubah jadi toksoid.

5. Pemurnian-purifikasi

Melakukan pemurnian virus yang sudah tumbuh. Dilakukan dengan proses purifikasi, yaitu proses untuk menghilangkan zat-zat yang tidak relevan dengan produk vaksin sehingga proses ini sangat selektif.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya