Vaksin HPV Paling Efektif Diberikan Usia SD, Pakar Beri Penjelasan
- pixabay
“Ujungnya bisa cegah kanker stadium lanjut yang biasaya tingkat kesembuhannya rendah. Makin banyak orang yang memahami dan praktikan pencegahan dini untuk penyakit kanker ini," lanjutnya.
Ilustrasi Pemeriksaan Kanker Serviks
- VIVA/Muhamad Solihin
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa vaksinasi merupakan upaya dalam sistem pelayanan kesehatan primer. Untuk itu, langkah yang mulai dilakukan adalah dengan menambah jumlah vaksin wajib pada masyarakat.
"Menambah jumlah vaksin atau imunisasi wajib ke masyarakat, dari 11 jadi 14. Kita tambah 3 vaksin baru yaitu HPV untuk kanker serviks bagi para ibu, PCV untuk pneumonia bagi balita, juga rotavirus untuk penyakit diare target ke balita juga," ujar Menkes.
Bukan tanpa alasan, Menkes Budi menilai kematian ibu dan anak masih cukup tinggi di Indonesia.
Berdasarkan data Sampling Registration System (SRS) tahun 2018, sekitar 76% kematian ibu terjadi di fase persalinan dan pasca persalinan dengan proporsi 24% terjadi saat hamil, 36% saat persalinan dan 40% pasca persalinan. Yang mana lebih dari 62% Kematian Ibu dan Bayi terjadi di rumah sakit.
Tingginya kematian ini disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang terjadi mulai dari fase sebelum hamil yaitu kondisi wanita usia subur yang anemia, kurang energi kalori, obesitas, mempunyai penyakit penyerta seperti tuberculosis dan lain-lain.
Pada saat hamil ibu juga mengalami berbagai penyulit seperti hipertensi, perdarahan, anemia, diabetes, infeksi, penyakit jantung dan kanker. Pada kanker, Menkes Budi menyebut bahwa kanker payudara dan serviks menempati urutan paling atas.
"Sebagai bagian dari imunisasi dasar, HPV diberikan karena kanker serviks adalah jenis kanker kedua setelah payudara yang sebabkan kematian para ibu. Karena kanker payudara belum ada vaksinnya, sedangkan serviks ada, maka kita berikan. Jauh lebih baik daripada mengobati setelah kena kanker serviks," jelasnya.
