Kanker Intai Pemakai Kosmetik

Ilustrasi kosmetik
Sumber :
  • Pixabay/Annca

VIVA.co.id – Wanita dan kosmetik sulit untuk dipisahkan. Itu karena pemakaian kosmetik dapat meningkatkan kepercayaan diri.

Menkes Budi Gunadi: Penyakit Kanker Bisa Diobati dengan Melakukan Skrining Lebih Awal

Sayangnya, wanita kerap mengaplikasikan terlalu banyak kosmetik pada wajah dan kulitnya. Namun, mereka kurang mengetahui bahan berbahaya dalam kosmetik yang dikandung.

Pembersih, pelembap, foundation, bedak, eyeshadow, lipstik, eyeliner, cat kuku dan sebagainya, diaplikasikan langsung pada kulit. Semua zat ini akan diserap tubuh melalui hati, ginjal dan dibuang melalui urin.

Profil Shannen Doherty, Bintang Beverly Hills 90210 Meninggal Dunia Usai Melawan Kanker Payudara

Dilansir dari laman Medical Daily, banyak bahan kimia yang terkandung dalam kosmetik dapat memicu kanker. Dan biasanya yang menjadi target adalah organ hati, ginjal, dan kandung kemih, karena ketiganya menjadi tempat detoksifikasi racun yang diserap tubuh.

Adapun bahan kimia yang sering ditemukan di produk kosmetik dan perawatan kulit, yaitu ftalat atau phthalates. Ini adalah bahan yang digunakan sebagai pengawet dan pelarut dalam industri kecantikan.

Peduli Anak Kanker, Para Pelajar SMA Gelar Patterns of Hope

Penelitian pada tahun 2010 di Meksiko terhadap tikus menunjukkan paparan ftalat menyebabkan pertumbuhan sel kanker pada hewan pengerat tersebut. Selain itu, ibu hamil yang terpapar ftalat akan memberikan risiko asma pada janin yang dikandungnya.

Karena itu, ftalat sudah dilarang penggunaannya sebagai bahan kosmetik di negara-negara Eropa. Sementara bahan yang aman dalam kosmetik adalah asam hyaluronic, yang telah diuji dan terbukti tidak mengandung bahan beracun pemicu kanker.

Dan jika Anda senang memakai lipstik, perhatikan kandungannya. Jangan gunakan lipstik yang mengandung logam timah atau bahan kimia berbahaya lainnya seperti paraben, lantaran dapat memicu kanker.

Ilustrasi kanker payudara.

Lebih dari 400 Ribu Kasus Kanker Baru di Indonesia, 70 Persen Terlambat Didiagnosis

Indonesia mencatatkan lebih dari 400.000 kasus kanker baru pada 2022, dengan 70% di antaranya terlambat didiagnosis. Program deteksi dini menjadi penting.

img_title
VIVA.co.id
7 Maret 2025