Virus Penyebab Kanker Serviks Bisa Menular dari Celana Dalam

Kasus kanker serviks masih menjadi penyebab kematian tertinggi.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Virus Human Papilomavirus (HPV) merupakan penyebab utama dari kanker serviks atau mulut rahim. Untuk itu, cara pencegahan utamanya adalah dengan sebisa mungkin menghindari virus tersebut.

Menkes Budi Gunadi: Penyakit Kanker Bisa Diobati dengan Melakukan Skrining Lebih Awal

Pencegahan primer dimulai dari pemberian edukasi seks terhadap para remaja. Sebab, masa remaja cenderung memiliki gejolak hormon seksual dan rasa penasaran lebih tinggi. Hal itu diungkapkan oleh spesialis kandungan, dr Ardiansjah Dara, SpOG, MKes.

"Edukasi moral dan pendidikan seks, khususnya rute penyebaran virus secara seksual dan non-seksual. Secara seksual, virus HPV bisa menyebar melalui aktivitas senggama, petting (organ intim saling bersentuhan), manual-genital (tangan menyentuh kelamin), dan oral-genital (mulut menyentuh organ intim)," ujar Ardiansjah kepada VIVA.co.id beberapa waktu lalu.

Profil Shannen Doherty, Bintang Beverly Hills 90210 Meninggal Dunia Usai Melawan Kanker Payudara

Selain itu, rute penyebaran virus HPV tanpa aktivitas seksual juga bisa terjadi melalui barang pribadi. Misalnya saja, sering meminjam barang personal dengan teman.

"Suka tukar-tukaran celana dalam atau handuk itu bahayanya karena virus HPV tinggal di kulit. Saat nempel di barang pribadi, bisa nular virus HPV itu," ucapnya.

Peduli Anak Kanker, Para Pelajar SMA Gelar Patterns of Hope

Pemberian vaksin pada remaja juga sebaiknya dilakukan. Menurut Dara, pemberian vaksin HPV, efektif menjaga ketahanan tubuh hingga 10 tahun mendatang.

"Vaksim HPV direkomendasikan untuk wanita usia 10-55 tahun, dengan 3 kali dosis. Sedangkan, vaksin HPV pada pria, juga disarankan agar mencegah timbulnya kutil kelamin yang juga memicu kanker," katanya.

Ilustrasi kanker payudara.

Lebih dari 400 Ribu Kasus Kanker Baru di Indonesia, 70 Persen Terlambat Didiagnosis

Indonesia mencatatkan lebih dari 400.000 kasus kanker baru pada 2022, dengan 70% di antaranya terlambat didiagnosis. Program deteksi dini menjadi penting.

img_title
VIVA.co.id
7 Maret 2025