Menkes: Atasi Nyeri Kanker Butuh Penanganan Holistik

Ilustrasi Pasien Kanker
Sumber :
  • Pixabay/Unsplash

VIVA – Dari berbagai gejala gangguan fisik yang dialami penderita kanker, nyeri adalah keluhan yang paling sering dan sangat penting untuk secepatnya diatasi. Nyeri sendiri seringkali bersifat subjektif dan berbeda di tiap orang.

Menkes Budi Gunadi: Penyakit Kanker Bisa Diobati dengan Melakukan Skrining Lebih Awal

Oleh karena itu, Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, SpM, meminta penanganan nyeri pada penderita kanker dilakukan secara multi disiplin ilmu dan profesi. Menurutnya, akan sulit mengatasi nyeri tanpa penanganan yang holistik.

"Saya kira ini hal penting memang kalau menderita kanker pasti nyeri tidak lepas dari penyakit ini, banyak keluhan terhadap nyeri yang terkadang terlihat tidak ada masalah. Nyeri ini tidak mudah juga ini memerlukan lintas keprofesian dari kita semua," ungkap Nila saat ditemui di RS Dharmais, Jakarta, Kamis 2 November 2017.

Profil Shannen Doherty, Bintang Beverly Hills 90210 Meninggal Dunia Usai Melawan Kanker Payudara

Awalnya, Nila sendiri heran melihat ada dokter saraf yang menghadiri simposium penanganan nyeri pada kanker. Tapi akhirnya ia menyadari bahwa kehadiran dokter syaraf juga penting untuk menangani rasa nyeri pada penderita kanker.

"Ternyata saya sadar betapa pentingnya tindakan di saraf untuk menghilangkan rasa nyeri. Sekarang sudah maju sekali rumah sakit ini, dahulu hanya analgetik mulu, sekarang kita bisa kasih obat yang lebih tinggi dan yang lebih efektif menghilangkan nyeri," ungkap Nila.

Peduli Anak Kanker, Para Pelajar SMA Gelar Patterns of Hope

Lebih jauh, Nila juga mengatakan bahwa peranan dan sentuhan caregiver juga penting untuk memberikan rasa nyaman terhadap pasien dan secara perlahan menghilangkan nyeri.

"Saya kira caregiver juga penting sekali untuk mendampingi dan menyentuh mereka barangkali rasa sakit itu akan hilang dengan rasa kasih sayang," kata Nila.  

Di samping itu, Nila juga berharap semakin banyak diskusi dan penelitian-penelitian ilmiah yang bisa semakin efektif dalam  menangani dan mengatasi nyeri pada penderita kanker.

Ilustrasi kanker payudara.

Lebih dari 400 Ribu Kasus Kanker Baru di Indonesia, 70 Persen Terlambat Didiagnosis

Indonesia mencatatkan lebih dari 400.000 kasus kanker baru pada 2022, dengan 70% di antaranya terlambat didiagnosis. Program deteksi dini menjadi penting.

img_title
VIVA.co.id
7 Maret 2025