Bantu Anak Berkebutuhan Khusus Agar Terima Perlakuan Setara
- Pixabay
VIVA – Setiap anak memiliki hak yang sama untuk berkarya dan mengekspresikan diri, termasuk bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka juga punya kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri di dunia karier.
Namun sayangnya, hingga kini warga berkebutuhan khusus masih sulit mendapat pekerjaan yang layak. Hal ini disampaikan oleh Kepala Sekolah Sarasvati Learning Center (SLC), Risma yang menyebut bahwa hingga kini pekerjaan bagi anak dengan berkebutuhan khusus masih terbatas di lingkungan penyedia jasa.Â
"Yang saya lihat sendiri dengan mata kepala saya sendiri pijat untuk anak tuna grahita itu services industri untuk sapu, pel di hotel  industri, jadi yang untuk bikin tempat tidur dan lain-lainnya. Mereka (perusahaan) kasih pekerjaan itu karena kemampuan mereka (ABK) yang terbatas," ungkap dia saat berbincang dengan VIVA di Gedung Pertemuan Pertamina Cempaka Putih Jakarta Pusat.Â
Dia melanjutkan, meski sudah adanya perusahaan yang terbuka untuk menerima anak berkebutuhan khusus sebagai karyawan mereka. Namun dirinya dalam hal ini sekolah yang dipimpinnya tidak hanya menjadi anak yang mahir dengan keterampilannya saja tapi juga mampu melatih mereka bersikap di tempat kerja.Â
"Mereka harus global, maka dari itu kami keluarkan potensi terbaik yang mereka miliki. Misalnya mereka keterampilannya di komputer, kita buat program kita latih mereka. Bukan itu saja, kita juga latih bagaimana sikap dia di tempat kerja, bagaimana mandiri berkendara dari rumah hingga ke tempat kerja," tambah Risma.Â
Dengan adanya pengajaran seperti ini kata dia, akan mendorong anak bisa setara dengan anak-anak lainnya yang akan bekerja di sebuah perusahaan.Â
"Jika sekolah, institusi trail the childern global holisticly, mereka memberikan pengetahuan, narasumber, anak-anak ini akan mampu dan perusahaan yang lain-lainnya akan terbuka," jelas dia.Â
Di sisi lain dia menjelaskan, untuk penyelenggara pendidikan dalam hal ini institusi sekolah pun dalam memberikan metode pengajaran juga harus sesuai dengan kemampuannya.Â
"Kalau anak kuatnya di visual maka metode pengajarannya pun harus menitik beratkan pada visual, begitu juga dengan audio maka metode pengajarannya pin harus menitik beratkan pada audio. Berikan ini bertahap agar anak mampu meregulasikan diri," ujar Risma.Â