Belajar dari Gala, Pahami Gangguan Stres Pasca Trauma Pada Anak
- Freepik
“Gejala kedua adalah avoidance yaitu berusaha menghindari berbagai hal yang bisa memicu mengingat peristiwa traumatis itu misalnya nonton tv ada hal-hal kecelakaan. Dia akan menghindar, tidak mau menonton dan mematikan tv-nya,” ujar dr. Lahargo.
Seseorang yang mengalami gejala avoidance tidak akan berani dan tidak mau datang ke lokasi yang akan mengingatkan dia. Penderita PTSD dengan gejala terserbut juga akan mengalami memori yang hilang tiba-tiba seperti amnesia dengan peristiwa yang terjadi.
“Itu amnesia selektif, melupakan peristiwa traumatis itu,” ucap dia.
Gejala ketiga adalah hipervigilance, yaitu masalah emosional jadi gampang kaget, cemas, dan khawatir bahkan tumpul emosinya. Gejala ini menyebabkan seseorang seperti tidak ada ekspresi.
“Kalau pada anak ada yang secara khusus lebih jauh (gejalanya). PTSD bisa menimpa semua golongan umur, anak-anak hingga dewasa dan lansia. Jadi tidak melihat latar belakang umur dan apapun,” ungkap dr. Lahargo lagi.
Anggota keluarga sangat perlu mengetahui gejala PTSD yang dialami seorang anak. Ada gejala lain yang dialami anak yang tidak dialami orang dewasa.
“Memang kita sebagai orang terdekat yaitu keluarga perlu mengenal gejala PTSD pada anak. Kalau tiba-tiba dia teringat dan menangis, itu masuk gejalanya. Ada cemas perpisahan dengan orang terdekat,” ujar dia.
Gejala khusus pada anak yang mengalami PTSD adalah regresi, yaitu menurun fungsinya. Contoh dari kegiatan anak yang mengalami gejala PTSD yaitu yang sebelumnya sudah tidak mengompol jadi mengompol lagi. “Lalu yang tadinya tidak hisap jempol jadi hisap jempol lagi. Penting menilai secara dini dan memberikan penanganan yang tepat,” ujar dr. Lahargo.
Dokter Lahargo mengatakan bahwa support system dan dukungan psikologis yaitu keluarga dapat mendukung dan memastikan kondisinya aman dan nyaman bagi seorang anak.
“Ajarkan regulasi emosinya, dengan teknik manajemen stres, seperti teknik pernapasan, teknik grounding, relaksasi sehingga dia bisa nyaman dengan pikiran yang berat. Kalau parah bisa konsultasi ke spesialis kejiwaan,” tutur dr. Lahargo.
