Anak Sering Alami Ini Saat Tidur? Hati-hati Bisa Jadi Tanda Sleep Teror
- Pixabay
Jakarta, VIVA – Night teror atau sleep teror merupakan salah satu gangguan tidur yang kerap terjadi pada anak. Night teror atau sleep teror adalah tidur yang terjadi ketika anak mengalami gangguan kepanikan dalam kondisi setengah bangun. Hal ini terjadi pada fase NREM (Non-Rapid Eye Movement) atau dikenal tidur ayam.Â
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Eva Devita Harmoniati, Sp.A Subs TKPS (K) mengungkap bahwa night teror ini umumnya ditandai dengan kondisi anak yang ketakutan selama tidur disertai dengan teriak, menendang, panik dan gerakan tangan menggapai-gapai.Â
"Episode berlangsung selama 10-40 menit setelah melewati tidur NREM fase 3-4 atau 1/3 awal tidur," kata dia dalam virtual press briefing, Selasa 18 Februari 2025.
Lebih lanjut diungkap Eva bahwa sleep teror ini sering terjadi pada anak usia 3 hingga 7 tahun dan akan berkurang frekuensinya ketika memasuki usia 10 tahun.Â
"Prevalensi 30 persen pada anak dan bisa hilang sendiri di usia 10 tahun," sambung dia.
Secara literatur penyebab sleep teror sendiri belum diketahui secara pasti. Namun ahli menyatakan bahwa sleep teror terjadi karena karena inclomplete arousal.
"Jadi anak ingin terbangun tapi tidak komplit perubahannya dari fase slow wave sleep atau fase tidur dalamnya sehingga anak mengalami night teror," ujarnya.
Di satu sisi, sleep teror pada anak berhubungan kuat dengan demam dan sakit, aktivitas fisik yang berlebih di siang harinya, konsumsi kafein berlebih, kurang tidur dan kelelahan, atau adanya stres emosional (ansietas, cemas perpisahan) dan biasanya ada genetik.
"Dalam penelitan laganiere dkk di tahun 2022 frekuensi sleep teror berhubungan dengan ansietas, depresi, emotionally reactive dan keluhan somatic pada anak usia 4-5 tahun," sambungnya.
Terkait dengan sleep teror, ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan oleh orang tua. Sleep teror pada anak biasanya terjadi berulang dan membuat anak tiba-tiba terbangun serta tidak ada responsif saat terjadi serangan.Â
Kemudian saat terjadi serangan dan anak terbangun mereka tidak ingat dengan kejadian yang dialami.
"Complete amnesia of the teror walaupun tidak mengalami ingat yang terjadi menyebabkan tekanan yang signifikan dalam kehidupan interpesonal, akademik, pekerjaan dan interaksi sosial dari seseorang," jelasnya.
Saat terjadi serangan anak juga akan teriak tampak distres. Saat serangan sleep teror juga bisa bersamaan dengan gejala autonomik seperti takikardia ( kondisi jantung yang berdetak melebihi 100 kali per menit), disphoresis (keringat berlebih) dan gejala yang tidak dapat dijelaskan dengan hal lain.
"Beda night teror dengan parasomnia adalah selain usia yaitu kejadiannya. Sleep teror terjadi di saat NREM, kalau mimpi buruk terjadi pada REM. Sehingga anak-anak yang mengalami mimpi buruk dia bisa mengingat apa yang dialami, apa yang menjadi mimpi buruk. Kalau sleep teror terjadi di fase NREM sehingga dia tidak mengingat apa yang terjadi di mimpinya," jelasnya.