Penyebab Demam Berdarah Sering Menyerang Anak Sekolah

Sejumlah murid belajar di dalam kelas yang plafonnya rusak di SD 5 Sembungharjo, Pulokulon, Grobogan, Jawa Tengah, Senin (9/10/2017).
Sumber :
  • ANTARA/Yusuf Nugroho

VIVA.co.id – Demam berdarah masih menjadi ancaman penyakit yang dihadapi Indonesia. Angka kejadiannya pun masih terbilang tinggi meski berbagai bentuk upaya pencegahan sudah dilakukan.

73 Persen Kasus Dengue Terjadi pada Kelompok Usia 5-44 Tahun, Angka Kematiannya...

Umumnya kelompok usia yang paling rentan terkena demam berdarah adalah anak-anak sekolah. Menurut Dr. dr. Leonard Nainggolan, SpPD-KPTI, hal ini karena biasanya anak-anak sekolah duduk di ruang kelas pada pagi hingga siang hari. Di mana waktu inilah nyamuk-nyamuk penular demam berdarah sangat aktif.

"Kaki mereka sembunyi di bawah meja dan jadi sasaran empuk nyamuk," ujar Leo saat ditemui VIVA.co.id.

Warning! Penularan Dengue Sudah Menjangkau Lebih dari 87 Persen Wilayah Indonesia

Bila disandingkan dengan Thailand, negara tersebut sudah memiliki kebijakan dalam pencegahan penularan demam berdarah di kalangan anak sekolah. Leo mengatakan, di sana jika musim hujan tiba, seluruh murid dianjurkan mengenakan pakaian dan celana lengan panjang.

Cara ini dilakukan agar semakin kecil bagian tubuh yang terpapar dan semakin sedikit peluang untuk terkena gigitan nyamuk.

DBD Bisa Sebabkan Kematian! Ahli: Ini Bukan Penyakit Musiman, Kena 2 Kali Bukan Kebal Tapi Jadi Lebih Parah

Sementara di Indonesia, masih banyak perumahan yang memberi kesempatan untuk menjadi habitat nyamuk. Misalnya penampungan air, baju yang digantung di tempat terbuka, bahkan hingga tirai jendela.

Selain itu, lanjut Leo, perubahan demografi seperti urbanisasi yang tidak terkontrol, membuat sarang nyamuk menjamur. Termasuk juga pasokan air yang tidak baik hingga pengaturan pembuangan limbah yang buruk.

Ilustrasi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Tren Dengue di Indonesia Terus Menunjukkan Ancaman Serius

Dengue masih menjadi tantangan besar dalam sistem kesehatan Indonesia. Sepanjang 2024, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat sebanyak 257.271 kasus.

img_title
VIVA.co.id
24 Juni 2025