Menyusuri Jejak Rasulullah, dari Gua Hira sampai Masjid Nabawi
- VIVA/ Nur Faishal/ Surabaya
VIVA – Nabi Muhammad SAW diutus Allah untuk menyebarkan Islam kepada manusia. Karena itu, proses pembumian ajaran Islam berjalan secara manusiawi. Ada nuansa perjuangan di dalamnya. Itu semua sebagai hikmah bagi umat Muhammad. Nah, di situs-situs yang masih ada di Mekkah dan Madinah, Arab Saudi, jejak perjuangan Muhammad itu bisa ditengok sampai sekarang.
Alhamdulillah, berbarengan dengan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi, tim VIVA bersama kawan-kawan serombongan berkesempatan melaksanakan ibadah umrah ke Tanah Suci pada 29 Okotober sampai 6 November 2019 lalu. Beberapa tempat bersejarah jejak perjuangan Rasulullah kami singgahi di sela-sela pelaksanaan ibadah umrah.
Mari mulai dari Gua Hira di Jabal Nur. Gunung setinggi 600-an meter di atas permukaan laut itu berada di sisi timur Kota Mekkah. Kami ke sana pada Minggu sore, 3 November 2019. Semua bertujuh, termasuk pemandu kami asal Lombok, NTB, yang sudah lama tinggal di Mekkah, Ustaz Thalab. Kami patungan ongkos 100 Riyal Saudi untuk taksi pulang-pergi Masjidil Haram-Jabal Nur. Itu tarif tawar-menawar.
Setengah jam melewati gedung-gedung bertingkat yang menyusuri bukit-bukit, kami tiba di sebuah perkampungan yang berada di bawah Jabal Nur. Dari sana, kami berjalan kaki, menapaki anak tangga, mendaki dinding bukit dengan kemiringan sekira 45 derajat. Kami sampai puncak tepat saat azan Magrib. "Alhamdulillah," kata seorang kawan, Tribroto, setelah hampir satu jam ngosngosan mendaki.
Sampai di puncak, orang-orang dari banyak negara sudah berkerumun. Kebanyakan dari Indonesia. Ada yang antre salat, ada yang berswafoto dengan latar lampu-lampu hunian dan gedung di Kota Mekkah, ada juga yang antre pucuk tangga menurun menuju Gu Hira yang berada di balik tangga jalur pendakian.
Di Gua Hira, di area yang sangat sempit di bibir tebing, orang-orang berdesakan antre demi bisa melaksanakan salat di dalam gua yang hanya cukup untuk salat satu orang dewasa. Ada juga yang hanya berdoa dan membaca Alquran sambil duduk di bebatuan. "Alhamdulillah saya bisa salat di Hira," kata seorang kawan, Samiaji Rahmat Makin.