Sumber :
- REUTERS/Alexei Druzhinin
VIVAnews -
Malam Paskah. Rimbun deretan pohon aprikot yang tengah ranum itu memberi ketenangan. Malam berlangsung damai. Penduduk kota Slovyansk, timur Ukraina, sudah lebih banyak bercengkrama di dalam rumah. Namun mendadak, di sebuah sudut kota, situasi berubah mencekam. Pukul dua dini hari terdengar letusan senjata api. Baku tembak sengit pun pecah. Lima orang dilaporkan roboh meregang nyawa.
Penembakan itu terjadi di pos pemeriksaan milik separatis Ukraina pro-Rusia. Kota Slovyansk di timur Ukraina itu memang telah dikuasai militan pemberontak. Menurut versi mereka kepada Reuters, insiden menjelang pagi, Minggu 20 April 2014, itu diawali oleh datangnya empat kendaraan ke pos mereka. Tanpa aba-aba, orang-orang di kendaraan itu menembaki pos. Maka mereka pun membalas dengan tembakan.
Usai baku tembak, pemandangan sekitar terlihat menghitam. Sebuah mobil pikap hangus terbakar. Bodinya bolong-bolong ditembus peluru di kedua sisinya. Para jurnalis melihat dua mayat dekat lokasi penembakan. Kamar jenazah kota mengaku menerima tiga jasad. Sementara militan pro Rusia mengatakan lima orang tewas, tiga anggota mereka dan dua penyerang.
Insiden itu adalah sebuah babak baru prahara Ukraina. Ketegangan antara Rusia dan negara bekas pecahan Uni Sovyet itu sudah memasuki fase kulminasi. Sejumlah orang ingin bergabung kembali dengan Rusia. Sementara sebagian ingin bergabung dengan Uni Eropa. Akibatnya kekerasan meletus di mana-mana.
Separatisme
Gerakan separatisme berbau Rusia menyebar dari Crimea ke wilayah timur Ukraina pada pekan kedua April. Salah satu pemicunya adalah diproklamirkannya kemerdekaan Donetsk dari Ukraina oleh massa pro-Rusia. Referendum kemerdekaan akan digelar tidak lama lagi. Hal ini membuat pemerintah Kiev ketar-ketir. Masalahnya, mereka baru saja kehilangan Crimea.
Anggota militan separatis berbahasa Rusia ini berbahaya. Berpakaian militer, bertopeng dan bersenjata, mereka menguasai gedung-gedung pemerintahan di 10 kota di provinsi-provinsi timur. Selain Donetsk, ada Luhansk dan Kharkiv. Barikade kawat berduri dipasang di sekeliling gedung. Pasukan bersenjata tanpa atribut berjaga penuh.
Mereka menyerukan intervensi Rusia untuk segera menggelar referendum seperti Crimea, untuk pisah dari Ukraina dan bergabung dengan Si Beruang Merah (lihat bagian 3:
Baca Juga :
Akun Instagram Nafa Urbach Hilang
Baca Juga :
Test Draft Reporter lagi API
Penembakan itu terjadi di pos pemeriksaan milik separatis Ukraina pro-Rusia. Kota Slovyansk di timur Ukraina itu memang telah dikuasai militan pemberontak. Menurut versi mereka kepada Reuters, insiden menjelang pagi, Minggu 20 April 2014, itu diawali oleh datangnya empat kendaraan ke pos mereka. Tanpa aba-aba, orang-orang di kendaraan itu menembaki pos. Maka mereka pun membalas dengan tembakan.
Usai baku tembak, pemandangan sekitar terlihat menghitam. Sebuah mobil pikap hangus terbakar. Bodinya bolong-bolong ditembus peluru di kedua sisinya. Para jurnalis melihat dua mayat dekat lokasi penembakan. Kamar jenazah kota mengaku menerima tiga jasad. Sementara militan pro Rusia mengatakan lima orang tewas, tiga anggota mereka dan dua penyerang.
Insiden itu adalah sebuah babak baru prahara Ukraina. Ketegangan antara Rusia dan negara bekas pecahan Uni Sovyet itu sudah memasuki fase kulminasi. Sejumlah orang ingin bergabung kembali dengan Rusia. Sementara sebagian ingin bergabung dengan Uni Eropa. Akibatnya kekerasan meletus di mana-mana.
Separatisme
Gerakan separatisme berbau Rusia menyebar dari Crimea ke wilayah timur Ukraina pada pekan kedua April. Salah satu pemicunya adalah diproklamirkannya kemerdekaan Donetsk dari Ukraina oleh massa pro-Rusia. Referendum kemerdekaan akan digelar tidak lama lagi. Hal ini membuat pemerintah Kiev ketar-ketir. Masalahnya, mereka baru saja kehilangan Crimea.
Anggota militan separatis berbahasa Rusia ini berbahaya. Berpakaian militer, bertopeng dan bersenjata, mereka menguasai gedung-gedung pemerintahan di 10 kota di provinsi-provinsi timur. Selain Donetsk, ada Luhansk dan Kharkiv. Barikade kawat berduri dipasang di sekeliling gedung. Pasukan bersenjata tanpa atribut berjaga penuh.
Mereka menyerukan intervensi Rusia untuk segera menggelar referendum seperti Crimea, untuk pisah dari Ukraina dan bergabung dengan Si Beruang Merah (lihat bagian 3:
Halaman Selanjutnya