Apa yang Sebenarnya Terjadi Saat Bus Mengalami Rem Blong?
- Antara Foto
Jakarta, VIVA – Kecelakaan bus akibat rem blong kembali terjadi di Indonesia. Kali ini, peristiwa tragis menimpa sebuah bus milik perusahaan Antar Lintas Sumatera (ALS) yang terguling di kawasan Bukit Surungan, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat.
Bus yang membawa banyak penumpang itu terguling saat melaju dari arah Bukittinggi menuju Kota Padang.
Bus bernomor polisi B 7512 FGA tersebut merupakan armada rute Medan-Jakarta.
Adapun, kecelakaan diduga kuat terjadi akibat hilangnya fungsi pengereman atau rem blong.
Hingga saat ini, tercatat 12 orang meninggal dunia, sementara 22 lainnya telah dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
Kondisi Bus ALS yang kecelakaan di Padang Panjang
- VIVA.co.id/Andri Mardiansyah (Padang)
Maraknya kasus kecelakaan bus dengan penyebab rem blong ini tentu menimbulkan kekhawatiran masyarakat.
Pasalnya, kejadian serupa telah berulang kali terjadi, terutama di wilayah dengan kontur jalan menurun dan curam.
Menyoroti hal ini, Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), Kurnia Lesani Adnan, mengatakan bahwa penyebab yang selama ini disebut “rem blong” tidak selalu berarti sistem rem benar-benar tidak berfungsi.
“Kecelakaan yang kerap terjadi dan dicap ‘rem blong’ itu tidaklah semua karena remnya tidak berfungsi, tapi lebih ke kinerja rem yang menurun atau brake fading,” ujar Lesani, saat dihubungi VIVA.
Menurutnya, kondisi ini biasanya terjadi akibat penggunaan rem yang berlebihan ketika kendaraan menuruni jalan curam, yang membuat komponen utama pengereman seperti tromol (brake drum) dan brake lining mengalami overheat.
Lesani pun mengingatkan bahwa pengemudi sangat memegang peranan kunci dalam mencegah kecelakaan semacam ini.
“Kami harus sepakat kalau kontur jalan di negara kita banyak yang curam, maka dari inilah pengemudi kendaraan harus memahami kondisi jalan dan menyesuaikan dengan cara menggunakan rem atau fitur yang ada di kendaraan masing-masing,” terangnya.
Ia melanjutkan, “Kunci utamanya itu sebenarnya ya di pengemudi, sebagai pengendali kendaraan saat berjalan.”