Rasio Mobil Listrik dan SPKLU di RI Jauh dari Angka Ideal

Ilustrasi mobil listrik / cas kendaraan listrik
Sumber :
  • VIVA/Krisna Wicaksono

Jakarta, VIVA – Perkembangan mobil listrik di Indonesia semakin terasa dalam beberapa tahun terakhir. Dukungan insentif dari pemerintah membuat masyarakat mulai berani beralih ke kendaraan ramah lingkungan.

Kemenperin Ingatkan Kewajiban TKDN Usai Insentif Impor BEV Berakhir

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian, dikutip VIVA Otomotif Kamis 28 Agustus 2025, hingga Juni kemarin jumlah mobil listrik yang terdaftar sudah menembus 77 ribuan unit.

Meski jumlah kendaraan tumbuh pesat, penyediaan infrastruktur belum berlari secepat itu. Data terbaru mencatat hanya ada sekitar 4.186 SPKLU yang beroperasi di seluruh negeri. Akibatnya, satu stasiun pengisian rata-rata harus melayani hingga 18 mobil.

Mobil Listrik Semakin Populer di Tengah Stagnannya Penjualan Kendaraan

Kondisi ini menimbulkan tantangan bagi para pengguna, terutama saat melakukan perjalanan jarak jauh. Banyak pemilik mobil listrik masih merasa waswas soal ketersediaan charger di luar kota besar. Situasi ini bisa menjadi penghambat jika tidak segera diatasi.

Di sisi lain, China bergerak dengan kecepatan yang jauh berbeda. Negeri Tirai Bambu kini menguasai pangsa terbesar mobil listrik di dunia, dengan populasi mencapai 41,47 juta unit per Juli 2025. Pasarnya berkembang masif, sejalan dengan pembangunan infrastrukturnya.

Terpopuler: Gangguan Kesehatan SPKLU, MPV Bekas Pintu Geser

China tidak hanya fokus pada jumlah kendaraan, tetapi juga pada kesiapan pendukungnya. Data yang dikutip dari Carnewschina mengungkapkan, bahwa hingga pertengahan 2025 mereka telah membangun lebih dari 16,7 juta titik pengisian. Jaringan ini tersebar luas dari pusat kota hingga wilayah pelosok.

Hasilnya, rasio antara mobil listrik dan charger di China jauh lebih ideal. Satu charging pile rata-rata hanya digunakan oleh 2,5 kendaraan. Kondisi ini membuat pengguna mobil listrik lebih leluasa dan percaya diri di jalan.

Perbandingan dengan Indonesia tampak sangat mencolok. Jika di Indonesia satu SPKLU harus berbagi dengan belasan mobil, di China justru sebaliknya. Infrastruktur mereka tumbuh seiring ledakan penjualan kendaraan.

Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah menyiapkan berbagai program untuk memperbanyak SPKLU. BUMN seperti PLN hingga sektor swasta turut didorong untuk berinvestasi. Namun, pemerataan masih menjadi masalah karena pembangunan banyak terkonsentrasi di kota besar dan koridor utama.

Kisah sukses China memberi gambaran jelas tentang pentingnya infrastruktur yang seimbang. Indonesia bisa belajar bahwa mobil listrik tidak hanya soal insentif dan penjualan, tetapi juga soal kesiapan pengisian energi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya