Ini Kebiasaan Mengemudi di Jepang yang Berbeda dengan Indonesia
- Automotivenews
Jakarta, VIVA – Pertandingan sepak bola antara Indonesia vs Jepang yang berlangsung tadi malam menjadi sorotan publik setelah Timnas Garuda harus menelan kekalahan telak dengan skor 6-0.
Hasil tersebut langsung memicu perbincangan hangat di media sosial, mulai dari kritik tajam hingga apresiasi atas perjuangan para pemain.
Namun di balik panasnya komentar soal pertandingan Indonesia vs Jepang, ada hal menarik lain yang layak disorot, yakni perbedaan gaya hidup dan budaya antara kedua negara, termasuk dalam hal kebiasaan mengemudi di jalan raya.
Berikut beberapa kebiasaan berkendara di Jepang yang tidak ditemukan di Indonesia, seperti dilansir VIVA dari laman Car From Japan:
1. Tetap Taat Lampu Merah Meski Jalan Kosong
Pengemudi di Jepang akan berhenti di lampu merah, meskipun kondisi jalan sepi dan tidak ada kendaraan lain yang melintas.
Sebaliknya, di Indonesia, terutama di malam hari banyak pengemudi yang cenderung mengabaikan lampu merah jika merasa situasi aman.
Ilustrasi berkendara.
2. Mengucapkan Terima Kasih dengan Lampu Hazard
Di Jepang, menyalakan lampu hazard sesaat adalah cara umum untuk mengucapkan terima kasih saat diberi jalan oleh pengendara lain. Ini menjadi simbol kesopanan yang sangat dihargai.
Sementara di Indonesia, kebiasaan ini belum meluas, meskipun sudah mulai diterapkan oleh sedikit pengemudi di beberapa kota besar.
3. Lebih Memilih Mobil Kecil
Mobil kecil seperti kei car sangat populer di Jepang. Selain irit dan praktis, mobil ini cocok untuk kondisi jalanan yang sempit serta memiliki keuntungan pajak.
Di sisi lain, pengemudi di Indonesia justru cenderung menyukai SUV atau mobil berukuran besar, yang dianggap lebih tangguh untuk berbagai medan.
4. Denda Jika Mencipratkan Air ke Pejalan Kaki
Di Jepang, pengemudi yang tanpa sengaja mencipratkan air ke pejalan kaki saat melewati genangan bisa dikenakan denda cukup besar.
Aturan ini mencerminkan tingginya perhatian terhadap etika berlalu lintas dan kenyamanan sesama pengguna jalan.
Sebaliknya, di Indonesia belum ada aturan khusus terkait hal ini. Cipratan air ke pejalan kaki kerap terjadi, apalagi saat musim hujan.
Sayangnya, perilaku tersebut sering dianggap wajar atau tidak disengaja, sehingga tidak menimbulkan sanksi.