Nongkrong di Kafe, Tren atau Eksistensi
- Pixabay/Pexels
VIVA – Gaya hidup masyarakat di zaman sekarang telah mengalami perubahan dan perkembangan. Jika dulu, masyarakat tidak terlalu mementingkan urusan penampilan dan gaya hidup, tapi kini, berbeda kondisinya. Gaya hidup, mulai jadi perhatian serius.
Gaya hidup, bukan lagi terbatas soal penampilan, aktivitas “nongkrong” kini juga ikutan jadi kegiatan yang dilakukan anak muda maupun dewasa di suatu tempat untuk berkumpul dan melakukan kegiatan mengisi waktu luang.
Fenomena nongkrong menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian lebih dalam. Nongkrong di Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu hingga sekarang dan mengalami beberapa perubahan seiring berkembangnya zaman. Pada zaman dulu, nongkrong biasanya hanya dilakukan di warung kopi kecil.
Kegiatan yang dilakukan juga lebih sederhana, hanya untuk berkumpul bersama teman. Namun belakangan, kegiatan nongkrong lebih banyak dilakukan di kafe-kafe ataupun di restoran. Masih seperti zaman dahulu, kegiatan inti dari nongkrong tersebut tak lain untuk kongko dan bersosialisasi.
Karena fenomena inilah, tempat nongkrong seperti kafe dan juga restoran, semakin kreatif untuk berbenah, menciptakan tempat nongkrong yang asyik dan bikin betah pengunjungnya.
Tak heran, jika kini, semakin menjamur tempat-tempat nongkrong kekinian. Sesuai dengan zaman yang serba mengandalkan teknologi smartphone, media sosial juga berperan membuat tempat nongkrong makin tenar. Secara tidak langsung, lewat media sosial, banyak orang yang ikut mempromosikan tempat nongkrong, apalagi tempat tersebut memiliki suasana instagramable.
Jadi Kebutuhan
Ya, semenjak media sosial makin populer dan banyak digunakan, bisnis kafe dan restoran semakin diminati karena sebagian besar anak muda mengalami masa transisi hobi.
Diakui pula oleh sosiolog Sigit Rohadi, nongkrong di kafe merupakan gaya hidup anak muda perkotaan. Namun, gaya hidup ini merupakan gaya hidup yang konsumtif, semi hedonis. Kebanyakan dari mereka, datang ke tempat nongkrong untuk merayakan kehidupan karena kemampuan keluarga.
"Ini faktor utama yang bikin gaya hidup itu ada. Kalau dulu, orang makan tiga kali sehari, minum pada saat haus saja dan makan pada saat lapar saja," tuturnya.