Membendung Ritual Kenaikan Harga Saat Ramadan
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Umat Islam di seluruh dunia khususnya di Indonesia telah memasuki bulan suci Ramadan 1439 hijriah. Pola konsumsi dan kebutuhan masyarakat RI yang mayoritas menjalankan Ibadah puasa pun berubah.Â
Hal tersebut lah yang disebut sebut menjadi pendorong utama kenaikan harga barang khususnya komoditas pangan menjelang hingga Lebaran. Terlepas, momentum ini dianggap kesempatan para pedagang untuk mendapatkan keuntungan lebih dari hari biasa.Â
Satu hari jelang puasa pertama pada Rabu, 16 Mei 2018, sejumlah harga pangan pun meningkat. Kenaikan harga rata-rata terjadi di pasar tradisional di seluruh Indonesia.Â
Dikutip VIVA dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, kenaikan harga paling tinggi terjadi komoditas cabai merah keriting sebesar 1,85 persen menjadi Rp38,550 per kilogram. Diikuti dengan bawang putih ukuran sedang yang naik rata-rata 1,76 persen menjadi Rp28,950 per kg.Â
Komoditas pangan lainnya mengalami kenaikan tinggi adalah daging ayam ras segar, sebesar 0,95 persen menjadi Rp37 ribu per kg. Kemudian, telur ayam ras segar naik 0,59 persen menjadi Rp25.650 per kg dan daging sapi naik sekitar 0,88-0,9 persen di kisaran Rp120 ribu per kg untuk kualitas bagus.Â
Baca juga: Jelang Ramadan, Pedagang Keluhkan Harga Ayam Naik
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menilai, kenaikan harga jelang Ramadan hingga Lebaran tidak bisa dihindari. Sebab, perubahan pola konsumsi masayakat membuat permintaan akan kebutuhan bahan pokok secara otomatis meningkat.Â
"Belanjanya untuk seminggu ke depan. Yang rumahan untuk cukupi sahur dan buka (puasa) yang jualan warteg juga untuk mencukupi permintaan," ujarnya kepada VIVA, Rabu 16 Mei 2018.Â
Dia pun menilai, kenaikan harga itu pun seolah tidak bisa dibendung disaat permintaan masyarakat meningkat. Harga Eceran Tertinggi yang telah ditetapkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan sejak April lalu pun diacuhkan pedagang.Â
Pedangang pasar tradisional
"Pedagang naikkin harga ada HET kira-kira dipatuhi enggak? Ya selama permintaan tinggi diterjang aja sama pedagang, yang penting untungkan. Sementara pemerintah sudah merasa confident dengan HET itu padahal di masyarakat membeli lebih mahal dari HET. Ya ini fenomenanya begitu," tambahnya.Â