Blockbuster Tekor di Box Office
- Lionsgate
"Salah satu kiat Hollywood atau Eropa (sukses) adalah dengan membuat sekuel dari film-film yang sudah sukses. Jadi promosi mereka tidak perlu terlalu dahsyat dibanding membuat film yang sama sekali baru," katanya saat dihubungi VIVA, Selasa, 27 November 2018.
Menurut Noorca, kemungkinan sukses atau gagalnya sebuah film juga tergantung dari reaksi dan situasi penonton ketika itu. "Mungkin waktu itu situasi di Amerika sedang tidak mendukung untuk Robin Hood," dia menambahkan.
Pria 64 tahun yang juga kerap jadi juri festival film ini berpendapat, banyaknya film yang diproduksi di Amerika dan bersaing di waktu yang bersamaan juga jadi faktor pendapatan box office. Penonton harus memilih, apalagi bagi mereka yang tak punya banyak waktu dan dana untuk menonton.
"Mungkin di Amerika sudah banyak film-film yang berbiaya besar dan keluar berturut-turut, bersaing di publik yang sama, pada akhirnya penonton memilih kan. Biasanya ukurannya pada akhir pekan pertama penayangan, jika akhir pekan pertama flop, ya berikutnya memang buruk," ujarnya.
Tema, momentum, dan daftar pemain masih jadi faktor penting yang menunjang keberhasilan sebuah film memikat hati penonton. Di Indonesia sendiri, menurut pengamatannya, penonton film horor masih mendominasi. Apalagi, sejak keberhasilan Pengabdi Setan di tahun 2017 lalu, banyak film horor atau setting zaman dahulu dibuat. Nostalgia bernuansa vintage jadi salah satu modal, meski konsep ini tak semuanya sukses, tetapi Suzzanna: Bernapas dalam Kubur, berhasil meraup jutaan penonton.
"Sekuel atau franchise dari film-film yang udah pernah laku itu paling gampang, sama seperti di Indonesia juga. Paling gampang kan bikin film-film horor, mudah-mudahan laku. Paling tidak kan penonton 100 ribu dijamin, dibanding dengan film-film baru sama sekali, walaupun ada juga beberapa yang meledak seperti Dilan. Itu kan di luar mainstream dan hoki, suasana pas," katanya berpendapat. (hd)Â
