Memapankan Identitas Musik Klasik Indonesia
- VIVA/M Ali Wafa
Kalau saya orang Eropa mungkin ya biasa-biasa saja karena musik Eropa sudah terkenal di seluruh dunia. Jadi saya tinggal melanjutkan cita-cita saya yang sudah saya mulai, dan justru mengenal musik saya sendiri, musik Indonesia, musik daerah, dan saya ingin punya banyak waktu buat jalan jalan dan mendokumentasikan musik-musik itu.
Proyeksi musik klasik Indonesia ke depan bagaimana?
Saya sih sambil jalan dan saya ngerjain ini sampai sekarang sendiri, dan belum sempat minta pemerintah mendukung, tapi mungkin pemerintah bisa dukung dan terutama generasi muda, banyak pianis muda, bila seperti konser saya kemarin ada lima instrumentalis muda, mereka bisa menjadi aset negara. Tapi lagi-lagi strategi diplomasi kebudayaan seperti proxy war, di mana musik-musik itu harus bisa dimainkan oleh musikus-musikus di luar negeri. Jadi mereka yang mainin musiknya tapi kita yang dapat promosinya.
Konser Millenial Marzukiana kemarin itu tentang apa?
Itu dari musik Ismail Marzuki tapi saya bikin orkes. Karena musik Ismail Marzuki seperti yang tadi saya bilang seperti biji kopi mentah, jadi dia hanya menulis melodi dan kata-katanya. Melodinya itu indah banget tapi dengan kata-kata bahasa Indonesia, kan orang luar negeri enggak ngerti. Jadi saya hanya mengambil melodinya, kemudian saya kemas dengan orkestrasi, jadi itu untuk orkes. Jadi itu memperkenalkan Ismail Marzuki tapi harus dikemas dahulu.
Apa karya Anda berikutnya?
Konser di Washington DC tanggal 24 Januari untuk memperingati 250 tahunnya Beethoven. Jadi saya diminta oleh organisasi di Amerika Serikat, bikin satu karya yang ada hubungannya sama Beethoven tapi harus mencerminkan keadaan sekarang, termasuk keadaan negara saya sekarang. Itu sebetulnya saya bikinnya tahun lalu, persis Januari tahun lalu. Beethoven itu pernah bikin lagu namanya Moonlight Sonata. Moonlight kalau bahasa Indonesia artinya cahaya purnama. Jadi saya bikinnya No More Moonlight Over Jakarta, tidak ada lagi cahaya purnama di atas Jakarta. Kemudian musiknya Moonlight saya distorsi bahwa kita itu sedang dalam masa kegelapan.
Harapan Anda untuk musik klasik Indonesia?