Melacak Aliran Dana Gelap Keluar dari Indonesia
Senin, 22 Februari 2016 - 05:45 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
Budi menambahkan, akumulasi aliran dana gelap Indonesia, diperkirakan melampaui Rp2.500 triliun dalam 10 tahun terakhir. "Itu kehilangan penerimaan pajak negara yang terhitung sangat besar," kata dia.
Baca Juga :
Inflasi Terkendali, BI: Akhir Tahun di Bawah 4%
Tak hanya itu, aliran dana gelap juga, berdampak besar pada likuiditas pasar keuangan yang dipengaruhi oleh suku bunga dan nilai tukar. Semakin besar dana spekulatif yang masuk ke pasar, semakin rentan pula pasar tersebut.
"Sewaktu-waktu, dana ini bisa 'terbang' berpindah ke pasar yang lain. Itu bisa membuat likuiditas keuangan mengering secara mendadak. Akibatnya risiko terjadinya krisis keuangan pun turut meningkat," ungkap dia.
Bahkan, sambung Budi, setiap tahun nilai aliran dana gelap hampir sama dengan subsidi BBM. Karenanya, perlu upaya memperkuat kemampuan fiskal negara dengan “merebut” kembali penerimaan negara yang hilang karena adanya aliran dana gelap.
"Arah kebijakan fiskal Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla jelas ditujukan untuk memperkuat fundamental pembangunan nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas," tutur dia.
Sementara itu, aliran dana gelap di Indonesia paling banyak terjadi akibat transaksi perdagangan dengan negara Singapura, China dan Jepang. "Perdagangan Indonesia dengan Singapura menjadi sumber aliran uang gelap terbesar, disusul dengan China dan Jepang," kata Budi.
Sedangkan, transaksi perdagangan dengan Amerika Serikat justru dinilai tak terlalu signifikan memengaruhi aliran dana gelap Indonesia dengan negara Paman Sam tersebut. "Aliran dana gelap paling besar di Asia. Indonesia-Amerika cenderung flat. Tingkat pertumbuhannya justru mengandalkan investasi," katanya.
Menurut Budi, Produk Domestik Bruto atau indikator ekonomi untuk mengukur total nilai produksi yang dihasilkan oleh semua orang dan perusahaan (baik lokal maupun asing) di suatu negara juga menjadi salah satu faktor yang
memengaruhi aliran dana gelap.
Karena itu, kata dia, seharusnya Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan lebih bertanggungg jawab untuk menahan laju aliran dana gelap tersebut. "Secara otomatis investasi sangat mempengaruhi dan dipengaruhi aliran dana gelap. Hampir seluruh variabel moneter mempengaruhi aliran dana gelap. Kondisi global turun, aliran dana gelap juga turun," kata dia.
Halaman Selanjutnya