Misi Besar Industri Game Nasional
- www.harigameindonesia.com
Pencapaian itu mengalahkan negara di Asia Tenggara. Dalam peringkat 100 negara tersebut, Malaysia ada di posisi ke-18 dengan penghasilan game US$539,4 juta (lebih dari Rp7,07 triliun), kemudian Thailand di peringkat ke-20 dengan pendapatan game US$521,2 juta (lebih dari Rp6,83 triliun), Singapura di peringkat ke-30 dengan pendapatan game US$294,09 juta (lebih dari Rp3,85 triliun) dan Vietnam diperingkat ke-31 dengan pendapatan game US$277,46 juta (lebih dari Rp3,63 triliun).
Rumah belum kokoh
Founder dan Director Cumaceban dan Owner & Cehif Executive Officer (CEO) KotakGame, Christian Lyman mengatakan, angka tersebut menunjukkan pasar game Indonesia telah merajai Asia Tenggara dan terus mengalami pertumbuhan secara global. Tapi dari sisi popularitas, dia mengakui game lokal masih belum merajai di dalam negeri.
Dia mengatakan industri game Indonesia terus tumbuh dari negara lain karena meningkatnya pengguna internet.
"Kalau negara lain itu stagnan, kalau Indonesia itu terus mengalami pertumbuhan," ujar Christian melalui sambungan telepon dengan VIVA.co.id, Senin, 8 Agustus 2016.
Â
Potensi game yang menggiurkan itu nyatanya tak direspons dengan kesiapan ekosistem game lokal. Target telah dicanangkan, tapi kondisi 'rumah' game Indonesi masih belum kokoh.
Kondisi itu gambarkan oleh Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Bambang Heru Tjahyono, pada awal tahun ini.
Dikutip dari situs Mastel, Bambang mengatakan memang Kominfo menyasar game sebagai salah satu fokus kementerian. Fokus tersebut untuk mengembangkan industri game Indonesia.
Tapi diakui pelaku di Industri game lokal, awal tahun ini, terbilang sudah berkembang. Sebabnya proporsi pengembang game di dalam negeri yang belum terlalu banyak. Tercatat, per awal tahun lalu, hanya ada 1 ribu studio game di Indonesia. Kemudian kendala lainnya, industri game nasional tak berkembang lantaran tak ada penyatuan pengembang dan penerbit game lokal.
Bambang mengatakan yang terjadi penerbit lokal lebih tertarik mengambil game dari luar Indonesia, sebaliknya pengembang lokal malah diambil pengembang luar negeri.
Praktis, dengan kondisi itu, pengasaan pelaku game lokal terhadap pangsa pasar game di Indonesia nyaris belum begitu dominan. Bambang menyebutkan, pelaku game lokal hanya menguasai 9,6 persen dari total pasar game nasional, jauh dari target menguasai setengah dari pangsa pasar yang dicanangkan pada 2020.
Sementara kontribusi pengembang game lokal hanya hanya 1,2 persen saja, sisanya dimiliki asing. Persentasi penguasaan pangsa pasar game dalam negeri oleh pelaku game lokal bisa makin menipis jadi 3 persen pada 2019, jika tak ada gerak dari pemerintah dan pelaku industri game lokal.
Ekosistem game dalam negeri yang belum kokoh diakui oleh Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Ricky Joseph Pesik.
Dia mengakui, masalah ekosistem industri game yang dilontarkan Bambang. Menurutnya, solusi dari kendala ekosistem itu adalah pemerintah harus cepat membenahi eksosistem industri.