Ujian Pertama Calon Haji Sebelum Tiba di Tanah Suci
- AP Photo/Hassan Ammar
Dalam rapat itu juga dipaparkan, persoalan visa ini tidak akan menjadi kendala serius. Sebab visa jemaah haji yang belum beres adalah mereka yang diberangkatkan pada gelombang II, sehingga ada cukup waktu untuk menyelesaikannya. "Kalaulah ada yang belum keluar, itu di kloter-kloter terakhir, gelombang II. Saya juga kaget, saat menjelaskan dibilang sudah positif, tapi ternyata ada seperti ini," ucapnya.
Menurut Imam, kendala pada visa terjadi karena adanya perbedaan budaya kerja antara masyarakat Indonesia dengan Arab Saudi. "PPIH telah mengirimkan paspor untuk di (dapat) visa, tapi setelah pemeriksaan itu, paspor yang keluar itu diacak-acak, tidak berdasarkan tata urut yang disebarkan kita, jadi ditumpuk di meja, sehingga tenaga kita mesti ekstra sortir lagi. Paspor yang di visa tidak dimasukkan dalam kelompoknya, itu mensortir itu puluhan ribu itu tidak mudah."
Selain itu, kendala juga terjadi karena Kedutaan Arab Saudi meminta data sidik jari dari jemaah. Padahal data itu sudah tercantum dalam paspor. "Sampai mengancam, kalau tidak ada sidik jari tidak keluar visa," terangnya.
Kata Imam, semua yang sudah masuk daftar jemaah haji tahun ini mesti diberangkatkan ke tanah suci. Keberangkatan mereka tak bisa ditunda karena akan mempengaruhi kuota haji tahun depan.Â
"Enggak, seharusnya tidak kehilangan haknya karena dia memang harus berangkat, kewajiban negara memfasilitasi. Prinsipnya harus diberangkatkan," tegas Imam.
Menanggapi ini, Menteri Agama berjanji akan mengupayakan semua visa selesai sebelum keberangkatan jemaah gelombang II. "Saya pastikan jelang pemberangkatan semua visa akan selesai," jelas Lukman di Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu, 10 Agustus 2016.
Masalah Jemaah
Masalah lain yang menunda keberangkatan jemaah haji adalah kerusakan teknis pada pesawat Garuda Indonesia. Setidaknya masalah ini dialami jemaah asal Makassar dan Padang.
Di Padang, pilot batal lepas landas karena kurang puas dengan pengecekan pesawat yang dilakukan teknisi bandara. Alhasil, lampu darurat di dalam kokpit menyala.
Sedangkan di Makassar, jemaah berhasil diterbangkan setelah tertahan enam jam. Station Manager PT Garuda Indonesia, Dwi Aryo, menjelaskan penundaan terjadi karena ada kerusakan di pesawat. Lampu navigasi sebelah kiri pesawat tidak menyala dan papan seluncur di pintu darurat tidak berfungsi dengan baik.