Kala Bom Hidrogen Korut Getarkan Bumi
- USGS
VIVA.co.id – Semenanjung Korea, Minggu, 3 September 2017, ‘bergetar’. Suasana tenang tiba-tiba menjadi gaduh. China, Jepang, dan Korea Selatan dikejutkan guncangan akibat gempa bumi.
Badan Survei Geologi Amerika Serikat (United States Geological Survey/USGS) melaporkan bahwa gempa berkekuatan 6,3 Skala Richter.
Terkuak bahwa gempa bumi diakibatkan oleh tingkah Korea Utara yang baru saja melakukan uji coba bom hidrogen di bawah tanah di wilayah Punggye-ri, yang merupakan daerah pegunungan terpencil.
Uji coba bom ini merupakan yang keenam, dan diklaim bisa dimuat ke rudal balistik antarbenua. Padahal, belum lama ini, negeri paling tertutup di dunia itu baru saja meluncurkan rudal balistik yang melewati langit Jepang.
Banyak pengamat teknologi militer mengatakan bahwa kekuatan bom hidrogen yang diuji coba ini lima sampai enam kali lebih kuat daripada uji coba 10 kiloton bom yang dilakukan Korea Utara setahun yang lalu.
Bom hidrogen atau bom H atau juga dikenal sebagai termonuklir, adalah senjata pemusnah massal yang jauh lebih kuat dari bom atom.
Sebegitu menakutkankah? Relawan bencana, Ma'rufin Sudibyo, mengatakan, dia bisa memperkirakan kekuatan energi ledak nuklir (yield) yang dilakukan Pyongyang.
“Tentu bisa. Ada hubungan antara magnitude getaran produk ledakan nuklir bawah tanah dengan yield. Hubungan tersebut sangat dipengaruhi oleh karakter bebatuan di lokasi uji coba serta kedalaman titik ledakan,” kata Ma’rufin, seperti dikutip VIVA.co.id dari akun Facebooknya, Senin, 4 September 2017.
Selanjutnya, Seberapa Dahsyat
Seberapa Dahsyat
Ia melanjutkan bahwa Korea Utara pernah menggali terowongan vertikal sedalam 650 meter untuk melakukan uji coba nuklir pada 2009. Dengan begitu, Ma’rufin mengaku tak heran jika Pyongyang melakukan penggalian lagi hingga kedalamannya mencapai 1.000 meter.
“Kalau ini yang terjadi, dan menggunakan catatan dari laporan USGS (yang menyebabkan gempa bumi 6,3 SR), maka diperoleh yield berkisar 600 kiloton TNT. Sebaliknya, dengan menggunakan catatan CTBTO (5,8 SR) dengan kedalaman 1.000 meter, maka yield sekitar 120 kiloton TNT,” ungkapnya.
CTBTO merupakan Organisasi Pelarangan Komprehensif Uji Nuklir yang berbasis di Wina, Austria. Lalu, sebagai pembanding, kata dia, yield letusan bom atom di kota Hiroshima, Jepang, pada Perang Dunia II sebesar 15 kiloton TNT.