Jadi Dai Muda, Ini Sosok Gus Idris dengan Gaya Dakwahnya yang Modern

Gus Idris Almarbawy
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Menjadi dai muda di zaman sekarang bukan perkara mudah. Tantangan dakwah tak hanya datang dari perkembangan zaman, tetapi juga dari perbedaan cara pandang di tengah masyarakat yang semakin beragam. 

Mengenal Habib Idrus, Cucu Pahlawan Nasional yang Diabadikan Jadi Nama Bandara di Palu

Namun, di tengah situasi itu, muncul sosok Gus Idris Almarbawy, seorang ulama muda berusia 35 tahun asal Malang, Jawa Timur, yang berhasil mencuri perhatian banyak orang lewat pendekatan dakwahnya yang modern tapi menyejukkan. Scroll ke bawah untuk simak artikel selengkapnya. 

Gus Idris Almarbawy

Photo :
  • Dok. Istimewa
Sosok Ustadz Kasif Heer yang Berikan Umrah Gratis ke Nathalie Holscher

“Bagi saya, dakwah bukan sekadar ceramah di atas mimbar. Tapi bagaimana kita hadir, hidup bersama mereka, dan memberi harapan lewat contoh nyata,” ujar Gus Idris pada Kamis, 7 Agustus 2025. 

Keberadaannya sebagai pengasuh Pondok Pesantren Thoriqull Jannah di daerah pedesaan Malang menjadi bukti keseriusannya dalam membangun komunitas yang tidak hanya fokus pada sisi keagamaan, tetapi juga pada pertumbuhan sosial dan spiritual. Ia membimbing para santri dengan nilai-nilai kasih, toleransi, dan tanggung jawab sosial.

Pria Bersorban Bolehkan Jimak saat Berpuasa Ternyata Konten Gus Idris

Hal yang membuat Gus Idris semakin menarik perhatian adalah perhatiannya kepada kelompok marjinal seperti para mantan preman atau individu yang dulu jauh dari kehidupan agama. Ia tak segan mengulurkan tangan dan mengajak mereka kembali ke jalan Islam dengan pendekatan yang lembut.

Gus Idris Almarbawy

Photo :
  • Dok. Istimewa

Banyak dari mereka yang akhirnya ikut aktif dalam kegiatan pesantren, bahkan ikut membantu berbagai aktivitas positif yang dijalankan oleh Gus Idris dan komunitasnya. Ia percaya bahwa setiap orang punya kesempatan untuk berubah dan tumbuh menjadi lebih baik.

Tak hanya membina secara spiritual, Gus Idris juga memberikan contoh nyata tentang pentingnya kemandirian dan pemberdayaan masyarakat. Meski bukan fokus utama, sisi ini turut memperkuat pesan dakwahnya. Ia mengembangkan beberapa kegiatan usaha seperti usaha kuliner Nasi Tempong, peternakan, dan sebuah kafe bernama Coffee GIO, yang semua hasilnya juga diarahkan untuk membantu masyarakat sekitar.

“Kami ingin pesantren ini menjadi tempat semua orang bertumbuh, tidak hanya secara spiritual, tapi juga secara ekonomi dan sosial,” ungkapnya.

Kafe Coffee GIO, misalnya, bukan hanya tempat nongkrong biasa. Tempat ini dirancang sebagai ruang terbuka bagi generasi muda untuk berdiskusi, belajar, dan mengembangkan diri. Bagi Gus Idris, anak muda adalah masa depan, dan mereka perlu difasilitasi dengan ruang yang sehat untuk berkembang.

“Anak muda butuh ruang. Jadi kami buat tempat yang bisa jadi jembatan antara ngopi, ngaji, dan aksi nyata,” jelasnya.

Dengan gaya berdakwah yang membumi, Gus Idris berhasil menjadi sosok dai muda yang bukan hanya menyampaikan ilmu agama, tetapi juga memberi harapan dan inspirasi. Ia memperlihatkan bahwa menjadi religius bukan berarti harus menjauh dari realitas sosial. Justru, dari kedekatannya dengan masyarakatlah, dakwahnya menjadi relevan dan menyentuh hati.

“Selama niatnya lillahi ta’ala, setiap usaha bisa jadi ladang dakwah,” tutup Gus Idris.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya