Hanung Bramantyo Ngamuk, Pertanyakan 'Merah Putih One For All' Bisa Serobot 200 Antrean Film

Hanung Bramantyo.
Sumber :
  • Instagram @hanungbramantyo.

VIVA – Industri perfilman Indonesia kembali menjadi sorotan setelah sutradara ternama Hanung Bramantyo melontarkan kritik pedas terhadap film animasi Merah Putih: One For All. 

Dalam unggahan media sosial yang viral, Hanung tidak hanya mempertanyakan kualitas produksi film tersebut, tetapi juga mengungkap isu sensitif terkait bagaimana film ini mampu mendapatkan jadwal tayang di bioskop di tengah antrean panjang lebih dari 200 judul film Indonesia lainnya. Kritik ini memicu diskusi luas tentang standar kualitas dan transparansi dalam industri sinema Tanah Air.

Dengan pengalaman puluhan tahun di dunia perfilman, Hanung Bramantyo blak-blakan mengkritik anggaran produksi Merah Putih: One For All yang disebut-sebut hanya sebesar Rp 7 miliar. 

Menurutnya, angka tersebut jauh dari cukup untuk menghasilkan film animasi berkualitas layak tayang di bioskop. 

“Budget 7M untuk Film Animasi, potong pajak 13% kisaran 6M, sekalipun tidak dikorupsi, hasilnya tetap JELEK!!!” cuit Hanung Bramantyo, dikutip Selasa 12 Agustus 2025.

Ia menjelaskan bahwa dana sebesar itu hanya cukup untuk tahap awal seperti pembuatan previsualization (previs), yaitu storyboard berwarna yang menjadi panduan animator. Hanung bahkan menganalogikan film dengan anggaran tersebut seperti “cor-coran kasar” pada sebuah bangunan, yang belum memiliki pelur semen atau finishing layak.

Lebih lanjut, Hanung menyebutkan bahwa untuk menghasilkan film animasi berkualitas, diperlukan anggaran minimal Rp 30-40 miliar, belum termasuk biaya promosi, dengan waktu produksi setidaknya 4-5 tahun. 

Tanggapan Sutradara Film Jumbo Soal Kontroversi 'Merah Putih: One For All' yang Viral

Analisis ini menjadi pengingat bagi publik bahwa angka yang terdengar besar bagi orang awam ternyata tidak memadai dalam standar industri animasi global, yang menuntut ketelitian teknis dan investasi besar.

Namun, yang membuat kritikan Hanung semakin memanas adalah pertanyaannya mengenai alokasi slot tayang film tersebut. Dalam unggahan story media sosialnya, ia membagikan tangkapan layar berita yang menyebutkan bahwa produser Merah Putih: One For All membantah menggunakan dana pemerintah. Hanung justru mempertanyakan hal lain.

Deretan Kontroversi Film Merah Putih One For All, Proyek Rp6,7 Miliar Tapi Gak Sesuai Ekspektasi?

“Terus kenapa harus buru-buru tayang? Ironisnya kok bisa dapet tanggal tayang ditengah 200 judul Film Indonesia ngantree tayang? KOPET!!!” katanya.

Umpatan ini mencerminkan kekesalan mendalam Hanung terhadap sistem distribusi layar bioskop yang dianggap tidak transparan. Dengan ratusan film Indonesia yang masih menunggu giliran tayang, keberhasilan film ini mendapatkan slot menjadi tanda tanya besar.

Heboh Puluhan Bendera Merah Putih dan Umbul-umbul di Pacitan Dirusak, Ini Penjelasan Kapolres

Kritik Hanung ini bukan sekadar luapan emosi, melainkan cerminan keprihatinan seorang sineas senior terhadap kesehatan industri perfilman Indonesia. Industri animasi Tanah Air sedang berjuang membangun reputasi melalui karya-karya berkualitas seperti Nussa, Si Juki the Movie, dan Riki Rhino. Kehadiran film dengan standar produksi yang dipertanyakan, ditambah dengan dugaan “penyerobotan” slot tayang, dikhawatirkan dapat merusak ekosistem perfilman yang sedang berkembang. 

Kritik pedas Hanung ini menjadi pengingat penting akan perlunya standar minimum kualitas dan transparansi dalam industri, demi menjaga marwah sinema Indonesia di mata publik dan pasar global.

Marshanda

TERPOPULER: Penyebab Mantan Kekasih Marshanda Meninggal, Alasan Merah Putih: One for All Lolos Tayang

Artikel mengenai Marshanda yang menceritakan penyebab mantan kekasihnya meninggal yang membuat dia batal menikah cukup mengejutkan publik.

img_title
VIVA.co.id
15 Agustus 2025