Gak Mau Anak Nonton Ipar Adalah Maut, Hanung Bramantyo Hidupkan Lagi Film Children of Heaven

Hanung Bramantyo.
Sumber :
  • Instagram @hanungbramantyo.

Jakarta, VIVA – Sutradara, Hanung Bramantyo tengah diselimuti kebahagiaan dan tantangan baru. Bertepatan dengan hari ulang tahunnya, Hanung mengumumkan sebuah proyek film ambisius bersama MD Pictures: sebuah remake dari film Iran legendaris, Children of Heaven. Ini menjadi kesempatan emas bagi Hanung untuk menghadirkan karya yang bisa dinikmati seluruh anggota keluarga.

Sukses di Tanah Air, Film Believe Menang di Las Vegas dan Siap Tampil di Times Square New York

"Terima kasih, teman-teman semua, para sahabat, teman-teman media, keluarga besar dari MD Pictures, Pak Manoj, semuanya. Terima kasih yang tidak terhingga karena buat saya ini adalah hari istimewa juga, bertepatan ulang tahun saya," tutur Hanung, dalam keterangannya, dikutip Senin 6 Oktober 2025. Scroll untuk info lengkapnya, yuk!

Ia mengungkapkan kerinduannya untuk bisa menonton film karyanya bersama anak-anak.

Indonesia Jadi Country of Honor di SRIFF 2025 Tiongkok, Singgung Sinetron Kolosal Angling Dharma

"Ya masa anak saya mau nonton 'Ipar Adalah Maut', kan nggak mungkin," selorohnya.

Dibintangi Vino G Bastian hingga Faradina Mufti, Film Andaikan Kau Datang Kembali Diputar di JWC 2025

Ide remake Children of Heaven ini berawal dari tawaran mengejutkan Manoj Punjabi, CEO MD Pictures.

"Mau nggak bikin film tentang Lebaran?" tanya Manoj. Hanung sempat deg-degan, membayangkan film Lebaran biasa. Namun, Manoj meluruskan, "Film Iran itu, Pak." 

Film yang dimaksud adalah Children of Heaven, karya yang begitu berkesan hingga menjadi materi kuliah Hanung di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) untuk mata kuliah pengadeganan secara realis. Hanung mengakui bahwa menerima tawaran ini bukan tanpa beban.

"Benar-benar saya antara senang sama juga beban yang sangat besar," katanya.

Ia sadar betul tantangan menghadirkan film bergaya neorealisme—yang sangat mirip dokumenter—di tengah industri film komersial Indonesia yang dominan.

"Sementara kita tahu bahwa film Indonesia itu jarang sekali bisa menampilkan, eh, apa, film format, formula sangat realis, bahkan disebut neorealisme," jelas Hanung.

Kekagetan Hanung memuncak saat Manoj Punjabi, yang dikenal sebagai "rajanya film komersial Indonesia", justru berani mengambil risiko besar ini. 

"Nggak salah lu, Pak?" tanya Hanung dengan nada heran.

"Nggak, saya yakin banget ini akan box office," ujar Manoj.

Hanung pun berharap, "Amin, amin, amin. Kalau bisa film-film seperti ini bisa box office, tentu itu akan mengubah wajah film Indonesia."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya