Salut, Banyak Anak Muda Indonesia Lebih Pilih Nonton Film Nasional
- reporter
VIVA – Di awal tahun 2020 Asosiasi Perusahaan Film Indonesia (APFI), menggelar acara diskusi film bertema ‘Kaum Muda Indonesia dan Perilaku Menonton Film’. Dalam diskusi tersebut, dipaparkan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), guna memberi arahan kepada sineas dalam memproduksi dan memasarkan film.
Dalam sambutannya, Chand Parwez selaku Ketua Umum APFI mengatakan bahwa perfilman Indonesia semakin hari semakin bergerak positif dengan jumlah peminat yang semakin banyak. Hal tersebut tampak jelas salah satunya dalam film bergenre drama keluarga.
“Perfilman Indonesia semakin hari semakin positif. Salah satu genre yang menarik adalah genre keluarga, kita lihat film Keluarga Cemara, Kulari ke Pantai, Koko-koki Cilik, Dua Garis Biru, Imperfect, yang juga film keluarga. Berlanjut kesuksesan dengan film NKCTHI. Film sudah bukan lagi hanya sebagai media hiburan tapi juga edukasi,” ucap Chand Parwez pada saat acara berlangsung di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis, 16 Januari 2020.
Kemudian, selanjutnya dipaparkan hasil survei yang telah dilakukan di 16 kota besar yang diselenggarakan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Desember 2019, menunjukkan 67 persen kaum muda berusia 15-38 tahun menyatakan menonton setidaknya satu film nasional di bioskop dalam setahun terakhir. Sementara 40 persen menyatakan menonton setidaknya tiga film nasional selama setahun terakhir.
“Temuan ini menjawab keraguan tentang kecintaan anak muda Indonesia pada film nasional,” ujar Direktur Komunikasi SMRC, Ade Armando.
Kecenderungan menyukai film nasional ini semakin menguat di kalangan kelompok usia paling muda, 15-22 tahun. Sebanyak 81 persen dari kelompok usia tersebut menyatakan menonton setidaknya satu film nasional, sementara 51 persen menyaksikan setidaknya tiga film nasional di bioskop selama setahun terakhir.
Sejalan dengan meningkatnya usia, perilaku menonton film nasional ke bioskop pun menurun. Pada kelompok usia 23-30 tahun, persentase mereka yang menonton film nasional menurun menjadi 64 persen dan pada kelompok usia 31-38 menurun menjadi 49 persen.
Survei yang dilakukan oleh SMRC itu melibatkan 1.000 responden. Survei difokuskan pada hanya kalangan muda di kota-kota besar. Kota-kota besar dipilih karena persebaran gedung bioskop di Indonesia masih terpusat di kota-kota besar.
Temuan survei ini juga menunjukkan kaum muda Indonesia tidak menganggap film nasional lebih rendah daripada film asing. Persentase anak muda yang menonton film nasional (67 persen) lebih tinggi dari kaum muda yang menyatakan menonton film asing (55 persen).
Di kelompok usia paling muda kecenderungan serupa terlihat. Ada 81 persen kelompok usia 15-22 yang menyatakan menonton setidaknya satu film nasional di bioskop, dan hanya 64 persen kelompok usia 15-22 yang menyaksikan setidaknya satu film asing di bioskop.
Menurut Ade, kecenderungan ini menunjukkan bahwa meski harus menghadapi gempuran film-film asing, industri film nasional ternyata dapat menjawab kebutuhan penonton film Indonesia.
Untuk genre film nasional yang paling disukai anak muda Indonesia adalah genre komedi (70,6 persen), horor (66,2 persen), percintaan (45,6 persen) laga (37,4 persen). Sedangkan genre film asing yang disukai adalah laga (68 persen), horor (65 persen), komedi (46,8 persen), percintaan (34,6 persen), dan misteri (21,8 persen).
Menurut Ade, kecenderungan ini mungkin menunjukkan bahwa keunggulan film-film asing di mata kaum muda adalah keunggulan dalam hal teknologi.