Detik-Detik Terakhir Meninggalnya Ali Banat: Sebuah Perpisahan Penuh Makna dan Kerinduan pada Ilahi
Australia, VIVA –  Kisah Ali Banat, miliarder yang memilih melepas semua kekayaannya untuk beramal setelah divonis kanker stadium akhir, telah menginspirasi jutaan hati di seluruh dunia. Setelah berjuang melawan penyakit mematikan selama tiga tahun, melebihi prediksi dokter yang hanya memberinya tujuh bulan, Ali Banat akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada 29 Mei 2018. Momen-momen terakhirnya menjadi puncak dari perjalanan spiritual yang luar biasa, dipenuhi ketenangan, keikhlasan, dan kerinduan pada Sang Pencipta.
Sejak diagnosis kankernya pada tahun 2015, Ali mengubah total gaya hidup mewah menjadi seorang filantropis penuh dedikasi. Ia mendirikan MATW (Muslims Around The World) Project dan secara pribadi menyalurkan bantuan ke berbagai negara miskin. Meskipun kondisi fisiknya terus menurun, semangatnya untuk berbuat kebaikan tak pernah surut. Video-video yang ia bagikan menunjukkan tubuhnya yang semakin kurus, namun matanya memancarkan ketenangan dan tujuan hidup yang jelas.
Kerinduan untuk Bertemu Tuhan
Beberapa waktu sebelum meninggal, Ali Banat diketahui telah mengungkapkan kerinduannya untuk "segera bertemu Tuhan". Rasa sakit fisik yang ia alami tidak melunturkan keyakinannya, justru memperkuat keinginannya untuk kembali pada pelukan Ilahi. Pengalaman spiritual ini menjadi semakin kuat ketika ia pernah mengalami kondisi kritis yang membawanya seolah-olah berada di alam lain, melihat pemandangan yang indah, dan merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta.
Dalam sebuah wawancara dengan kanal YouTube One Path, Ali menuturkan pengalaman tersebut. Ia menceritakan bahwa dalam kondisi kritisnya, ia dikelilingi oleh seluruh anggota keluarga. Di tengah suasana haru itu, Ali tiba-tiba mengucapkan kalimat yang mengharukan: "Allah, ambil aku sekarang." Kalimat ini bukan ekspresi keputusasaan, melainkan sebuah bentuk kepasrahan total dan kerinduan yang mendalam akan janji pertemuan dengan Tuhannya.
Keikhlasan di Akhir Perjalanan
Detik-detik terakhir Ali Banat adalah cerminan dari kehidupan yang ia pilih setelah divonis sakit. Ia pergi dalam kondisi "miskin tanpa harta", setelah menyumbangkan hampir seluruh kekayaannya demi kemanusiaan. Hartanya yang tersisa adalah amal jariyah yang tak terhingga nilainya, sebuah warisan abadi yang terus mengalirkan manfaat bagi mereka yang membutuhkan melalui MATW Project.
Ali Banat meninggal di Sydney, Australia, dan jenazahnya disalatkan di Masjid Lekemba, salah satu masjid terbesar di sana. Kepergiannya menjadi pengingat bagi banyak orang bahwa kehidupan ini fana, dan bekal terbaik adalah amal kebaikan. Ia menunjukkan bahwa di penghujung hidup, yang terpenting bukanlah apa yang kita miliki, melainkan apa yang telah kita berikan dan bagaimana kita menjalani hidup dengan penuh makna.
Kisah perpisahan Ali Banat dengan dunia ini adalah puncak dari sebuah perjalanan spiritual yang menginspirasi, bukti nyata bahwa keikhlasan dan kerinduan pada Tuhan dapat memberikan kedamaian, bahkan di saat-saat terakhir.
