Pemerintah Peringati Mayday di Panasonic Gobel

Pemerintah peringati Hari Buruh Internasional di Panasonic Gobel
Sumber :
  • DPR RI

Adapun tujuh prinsip tersebut adalah, pertama, utamakan berbakti kepada negara melalui industri. Kedua, utamakan berlaku jujur dan adil. Ketiga, utamakan kerja sama dan keselarasan. Keempat, utamakan berjuang untuk perbaikan. Kelima, utamakan ramah tamah dan ksatria. Keenam, utamakan menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Ketujuh, utamakan bersyukur dan berterima kasih.

Terpopuler: 31 Peserta Piala Dunia Antarklub 2025, Biaya Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia

“Semua nilai-nilai tersebut harus menjadi budaya kerja di perusahaan dan menjadi bagian dari kepribadian semua pihak,” katanya.

Pada prinsip pertama, kata Gobel, tertera jelas integrasi nasionalisme dengan kehidupan kerja. Karena itu, pada setiap tanggal 17 di setiap bulan ada upacara bendera.

DPR: Pemain Naturalisasi Bisa Bawa Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026

“Jadi bukan hanya pada 17 Agustus saja. Mungkin ini satu-satunya perusahaan dan pabrik yang mengadakan upacara bendera setiap bulan. Kami menanamkan patriotisme. Semua warga bangsa harus memiliki jiwa patriotisme. Karena negeri ini butuh para pejuang di semua sektor. Tak ada bangsa maju jika urusan negara dan bangsa hanya dibebankan di pundak sedikit orang. Tidak ada bangsa maju jika mayoritas rakyatnya lembek dan abai. Kita semua harus menjadi patriot dan pejuang. Jiwa patriotik dan jiwa juang harus selalu dipupuk dan dirawat agar kita tak tersesat dan tidak tertidur,” katanya.

Melalui tujuh prinsip perusahaan tersebut, kata Gobel, perusahaan membangun pola hubungan Pekerja, Perusahaan, dan Pemerintah pada pertengahan tahun 1970-an dan dimuat dalam sebuah “Buku Biru”.

Pembunuh Wanita di Lemari Kosan Ditangkap hingga Wakil Ketua MPR Termuda Dalam Sejarah

“Hal itulah yang kemudian diadopsi oleh Pak Sudomo selaku menaker saat itu menjadi pola hubungan industrial Pancasila,” katanya.

Melalui konsep tersebut, kata Gobel, di grup Panasonic Gobel Indonesia membedakan konsep pabrik dengan konsep industri.

“Membangun industri itu membangun ekosistem. Goalnya bukan produk barang, tapi sebuah pola hidup bersama antara pekerja, manajemen, pemilik, pemerintah, dan akhirnya masyarakat sebagai end user. Karena itu, kami memiliki nilai yang kami sebut “memanusiakan manusia”, bukan “mempekerjakan manusia”. Kami semua adalah sebuah keluarga besar,” katanya.

“Sebagai keluarga besar, maka kami harus memperhatikan karyawan dengan memenuhi semua kebutuhannya. Mulai dari hal fisik hingga yang batin. Misalnya yang Islam pergi umroh dan haji. Yang Katholik ke Lourdes, yang Kristen ke Yerusalem, yang Hindu ke India, dan yang Buddha ke Thailand,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya