Spanyol Ultimatum Boikot Piala Dunia 2026 Jika Israel Tampil
- fifa.com
VIVA – Ancaman boikot kembali membayangi Piala Dunia. Kali ini datang dari juara Euro 2024, Spanyol, yang mengisyaratkan tidak akan berpartisipasi di Piala Dunia 2026 jika FIFA tetap mengizinkan Israel tampil.
Turnamen akbar itu dijadwalkan berlangsung di Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada pada musim panas 2026. Saat ini baru 18 negara dari total 48 peserta yang memastikan tiket ke putaran final, sementara sisanya masih memperebutkan tempat melalui kualifikasi.
Jika benar-benar diwujudkan, langkah Spanyol akan menjadi boikot pertama yang dilakukan negara besar dalam beberapa dekade terakhir.
Jejak Boikot Piala Dunia
Sejarah mencatat, aksi boikot di Piala Dunia bukan hal baru. Uruguay, juara edisi perdana 1930, menolak tampil di Italia pada 1934 sebagai protes karena minimnya partisipasi tim Eropa di edisi sebelumnya. Uniknya, Uruguay menjadi satu-satunya juara bertahan yang tak pernah membela gelarnya.
Masih di edisi yang sama, Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia juga absen karena merasa turnamen domestik mereka, Home Championship, lebih prestisius daripada Piala Dunia.
Empat tahun berselang, Uruguay melanjutkan aksi boikot, kali ini bersama Argentina. Keduanya kecewa setelah FIFA menunjuk Prancis sebagai tuan rumah 1938, padahal diyakini giliran benua Amerika Selatan yang menjadi penyelenggara.
Di Brasil 1950, giliran India yang menarik diri meski otomatis lolos usai tiga pesaing Asia (Indonesia, Filipina, dan Burma) mundur. Selama ini beredar mitos bahwa India mundur karena larangan bermain tanpa sepatu, namun laporan media asing menyebut alasannya lebih karena mereka menganggap turnamen tidak terlalu penting.
Masih di edisi yang sama, Skotlandia juga absen karena gagal menjuarai Home Championship secara mutlak sesuai syarat yang ditetapkan federasi mereka. Turki pun mundur dengan alasan biaya perjalanan ke Amerika Selatan terlalu mahal.
Boikot juga mewarnai Piala Dunia 1974. Uni Soviet menolak bertanding melawan Chile di leg kedua playoff kualifikasi setelah laga pertama berakhir imbang tanpa gol di Moskow. Alasannya, stadion di Santiago pernah digunakan sebagai lokasi eksekusi massal pasca kudeta militer.
Chile akhirnya lolos dengan cara unik: para pemain hanya mengoper bola di antara mereka sebelum memasukkan ke gawang kosong, lalu wasit mengakhiri pertandingan.
Tak hanya itu, aksi penarikan massal juga pernah terjadi di 1966 ketika seluruh negara Afrika memboikot Piala Dunia Inggris karena menolak format kualifikasi yang dianggap merugikan benua mereka.