Khatib Masjid Al Aqsa Syekh Sarandah Ditangkap Polisi Israel Usai Salat Jumat

Imam dan Khatib Masjidil Aqsa Palestina, Syekh Muhammad Sarandah
Sumber :
  • YouTube El-Masjid el-Aqsa

Yerusalem, VIVA – Polisi Israel menangkap imam dan khatib Masjid Al-Aqsa, Syekh Mohammad Sarandah tak lama setelah pelaksanaan ibadah salat Jumat, 19 September 2025.

Berbagai sumber lokal melaporkan bahwa polisi Israel menahan Syekh Sarandah di kompleks Masjid Al-Aqsa dan membawanya ke pusat interogasi di kota tersebut.

Penahanan sang khatib terjadi di tengah pembatasan Israel terhadap para jamaah di Masjid Al-Aqsa, terutama selama salat Jumat, yang kerap dibarengi dengan pengerahan pasukan bersenjata lengkap di gerbang-gerbang dan di seluruh Kota Tua Yerusalem.

Spanyol Ultimatum Boikot Piala Dunia 2026 Jika Israel Tampil

VIVA Militer: Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Kompleks Masjid Al-Aqsa

Photo :
  • Middle East Monitor

Dua Tentara Israel Tewas Dibunuh Sopir Truk Bantuan Kemanusiaan

Syekh Sarandah kemudian dibebaskan setelah diinterogasi, tetapi polisi Israel melarangnya memasuki masjid selama seminggu, kata Wakaf Islam Yerusalem,
Tiga Orang Ditangkap Polisi Inggris Dituduh Intelijen Rusia, Kremlin Singgung James Bond
Anadolu melaporkan.

Dalam pernyataan singkatnya, Waqaf al-Aqsa mengatakan larangan tersebut dapat diperpanjang tetapi tidak memberikan alasan penangkapan.

Tidak ada komentar langsung dari otoritas Israel.

Para pengamat mencatat bahwa otoritas Israel umumnya melarang para penceramah masjid untuk berbicara tentang serangan militer Israel yang sedang berlangsung di Gaza.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel, sebagai kekuatan pendudukan, melancarkan genosida di Jalur Gaza, termasuk pembunuhan sengaja, kelaparan, penghancuran serta pengungsian paksa, yang bertentangan dengan seruan internasional dan putusan Mahkamah Internasional untuk menghentikan aksi tersebut.

Lebih dari 65.100 warga Palestina telah terbunuh, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, dengan ratusan ribu orang mengungsi dan kelaparan telah merenggut setidaknya 440 nyawa, termasuk 147 anak-anak.