2 Dewa Tenis Saling Sindir Gara-gara Real Madrid dan Arsenal
- skysport
VIVA – Persaingan di lapangan bisa panas, tapi di luar itu? Justru penuh canda. Itulah yang terjadi antara Rafael Nadal dan Andy Murray, dua legenda tenis dunia yang kini justru saling lempar lelucon—dengan sepak bola sebagai bahan bakarnya.
Cerita kocak ini muncul di tengah suasana haru perpisahan Nadal dari Roland Garros, Minggu lalu. Di momen emosional itu, tiga sahabat sekaligus rival terbesarnya—Novak Djokovic, Roger Federer, dan Andy Murray—turut hadir memberikan penghormatan.
Namun, di balik pelukan dan air mata, ada kisah yang mencairkan suasana. Nadal, yang dikenal sebagai fans berat Real Madrid, mengaku sempat ‘diserang’ secara halus oleh Murray setelah klub kesayangannya kalah telak dari Arsenal di ajang Liga Champions, April lalu.
"Teman baik saya, Andy, sudah lama nggak kirim pesan. Tapi pas Arsenal menang lawan Madrid, satu detik setelah pertandingan selesai, dia langsung kirim pesan," kata Nadal sambil tertawa dalam sesi wawancara.
Pesannya? Terdengar manis di awal, tapi ternyata mengandung sindiran tajam khas British humor.
"Hei Rafa, sudah lama nggak ngobrol. Cuma mau pastikan kamu baik-baik saja," ujar Murray lewat pesan singkatnya.
Nadal mengaku butuh lima detik untuk menyadari maksud tersembunyi di balik pesan itu.
"Awalnya kupikir dia benar-benar peduli, nanyain kabar keluarga. Tapi lima detik kemudian, aku sadar… 'Yah, ini sih lelucon Inggris klasik!'" katanya sambil tersenyum.
Namun, Nadal tidak tinggal diam. Meski tak langsung membalas pesan itu, ia menyiapkan momen balasan yang manis.
"Omong-omong, aku nggak balas pesan itu. Tapi saat PSG kalahin Arsenal, aku juga diam saja," ujarnya santai—dengan ekspresi penuh kemenangan kecil.
Lebih dari sekadar candaan, Nadal juga menekankan makna mendalam dari kehadiran tiga rival abadinya di Roland Garros.
"Buat saya, kehadiran mereka di lapangan punya arti besar. Ini menunjukkan bahwa rivalitas sengit di olahraga tak harus diikuti dengan kebencian," ungkap Nadal.
Ia pun menegaskan bahwa respek dan persahabatan adalah warisan paling berharga dari generasi emas tenis ini.
"Kita tunjukkan ke dunia dan generasi baru bahwa menjadi rival bukan berarti jadi musuh. Hasil pertandingan itu penting, tapi nilai dan sikap di luar itu jauh lebih abadi."
Rival di lapangan, sahabat di luar. Itulah wajah indah olahraga—terutama jika dibumbui dengan sedikit humor khas Inggris dan balasan 'receh' dari seorang juara sejati.