Nusrtdinov Zayan Fatih ‘Bocah Ajaib’ Berkuda Indonesia, 500 Medali di Usia 14 Tahun
- istimewa
VIVA – Usianya baru 14 tahun, tapi prestasinya sudah melambung hingga ke panggung internasional. Namanya Nusrtdinov Zayan Fatih, akrab disapa Dinov.
Bocah ajaib dari Indonesia ini bukan atlet biasa. Di balik wajahnya yang tenang dan senyumnya yang sederhana, tersimpan bakat luar biasa di dunia equestrian.
Mulai berkuda sejak usia 8 tahun, Dinov menjelma menjadi salah satu atlet paling bersinar di kancah nasional maupun internasional.
Bahkan di usia 12 tahun, ia sudah berani tampil di kejuaraan profesional kelas CSI1* 120 cm di Eropa—membuatnya menjadi atlet termuda Indonesia yang berlaga di level tersebut.
Sejak aktif berlaga di kejuaraan mulai 2020, Dinov sudah mengumpulkan lebih dari 500 medali. Dari data keluarga, terhitung sejak 2022 hingga 2025 saja, ia mengoleksi sekitar 165 medali emas, 90 perak, dan lebih dari 50 medali perunggu dari berbagai kejuaraan nasional.
Di tingkat internasional, 66 medali berhasil direngkuh, termasuk 17 medali emas yang diraih di luar negeri.
Terbaru, Dinov tampil gemilang dalam kejuaraan CSIJ-A International Jumping Competition 115 Cm memperebutkan Piala Gubernur Jakarta 2025 yang digelar di Jakarta International Park (JIEP), Pulomas, Jakarta Timur, pekan lalu.
Dinov sukses mengalahkan belasan rider pada pertandingan dengan artikel Jump Off tersebut.
Prestasi gemilang Dinov tentu tidak diraih sendirian. Sang ibu, Riyanti Kutty Nurinda, menekankan pentingnya kerja tim dalam dunia equestrian. “Kita harus garis bawahi, di berkuda atletnya itu dua—ada rider dan ada kudanya. Jadi kemenangan itu hasil dari teamwork,” ungkap Riyanti.
Ia menjelaskan, perawatan kuda mulai dari pakan, latihan fisik, hingga jadwal program mingguan dilakukan secara teliti bersama pelatih. “Kami review setiap akhir pekan untuk program ke depannya. Kuda tua, muda, cedera—semua ada perlakuan khusus,” jelasnya.
Dinov sendiri, kata sang ibu, tetap diberi ruang untuk menikmati masa kecilnya. “Kami tidak pernah membebani dia dengan program pelatihan kuda. Dia cukup fokus latihan fisik dan hobinya yang lain,” kata Riyanti.
Perjuangan di Balik Layar: Adaptasi dan Tantangan Eropa
Musim panas ini, Dinov dijadwalkan menjalani pelatihan intensif di Eropa. Tujuannya, membangun chemistry dengan kuda-kuda Eropa yang akan ia gunakan bertanding. Pasalnya, kuda dari Indonesia tak bisa dibawa ke luar negeri karena kebijakan khusus.
“Bonding dengan kuda itu penting banget. Kita ingin Dinov merasa nyaman seperti saat dia tanding di Piala Gubernur kemarin,” kata Riyanti.
Salah satu tujuan besar Dinov tahun ini adalah Asian Youth Games, yang juga bisa menjadi jalur menuju Youth Olympics 2026. Event ini menjadi satu-satunya kesempatan bagi atlet usia 14-17 untuk tampil di level olimpiade remaja.
“Kesempatan seperti ini nggak bisa terulang. Harapannya tentu support maksimal dari federasi nasional dan pemerintah,” harap Riyanti.
Pelatih Dinov, Albert E. Pelealu, mengungkap sisi lain dari muridnya itu. “Dinov itu anaknya cuek, tapi pas di arena, dia sangat fokus. Itu kekuatannya,” katanya.
Menurut Albert, tantangan terbesar dalam melatih Dinov justru datang dari banyaknya kuda dengan karakter berbeda yang harus dia kuasai. “Dia naik 7-8 kuda sehari pas latihan. Itu luar biasa. Setiap kuda beda karakter, dan Dinov bisa menyesuaikan diri,” jelasnya.
Tak seperti olahraga lain, berkuda melibatkan dua atlet: manusia dan hewan. “Jadi harus latih dua-duanya. Dinov udah paham banget gimana bangun hubungan dengan tiap kuda yang dia tunggangi,” ujar Albert.
Dari Sekadar Ekstrakurikuler, Kini Jadi Mimpi Olimpiade
Kecintaan Dinov terhadap berkuda berawal dari ekstrakurikuler sekolah selepas Asian Games 2018. Saat itu, ia yang baru berusia 8 tahun menunjukkan ketertarikan luar biasa. “Kalau poni ride bisa sampai 30 kali keliling nggak berhenti,” kenang Riyanti sambil tertawa.
Setahun setelahnya, keluarga membawanya ke Eropa untuk memilih kuda sendiri. Sejak saat itu, prestasi demi prestasi terus mengalir.
Menariknya, Dinov bukan hanya atlet berkuda. Ia juga aktif di olahraga basket. “Harapan kami, fisiknya tetap prima dan tidak cedera. Semoga bisa tampil maksimal di Asian Youth Games dan lanjut ke Youth Olympics,” tutup Riyanti.