Sindiran Pedas Pacquiao untuk Mayweather: Tuhan-nya Adalah Uang!
- Mark J. Rebilas-USA TODAY Sports
VIVA – Legenda tinju dunia asal Filipina, Manny Pacquiao, kembali membuat panas jagat tinju internasional. Dalam sebuah pernyataan terbaru, Pacquiao melontarkan sindiran tajam kepada rival abadinya, Floyd Mayweather Jr., yang ia nilai lebih mementingkan materi dibandingkan esensi sejati dari olahraga tinju.
Keduanya pernah bertemu dalam duel maha dahsyat bertajuk Fight of the Century pada tahun 2015. Laga yang disebut-sebut sebagai pertarungan terbesar dalam sejarah itu menghasilkan pendapatan fantastis, mencapai US$600 juta atau sekitar Rp9,7 triliun.
Namun, secara kualitas, laga tersebut justru dianggap gagal memenuhi ekspektasi publik. Pacquiao harus mengakui keunggulan Mayweather dalam pertandingan yang dinilai membosankan dan minim aksi.
Kini, di usia 46 tahun, Pacquiao kembali naik ring dalam laga mengejutkan melawan Mario Barrios pada 19 Juli mendatang. Di tengah persiapan comeback-nya, Pacquiao kembali mengungkit sosok Mayweather, yang hingga kini memilih pensiun dan berkutat di dunia ekshibisi.
Dalam sebuah sesi wawancara di podcast George Janko, Pacquiao secara blak-blakan menyebut Mayweather sebagai pribadi yang sombong dan terlalu terobsesi pada kekayaan.
"Ya, dia sombong. Saya pikir Tuhannya adalah uang dan hal-hal duniawi. Saya sungguh merasa kasihan padanya," ujar Pacquiao dengan nada prihatin.
Tak hanya itu, Pacquiao juga menyinggung soal prinsip hidupnya yang jauh berbeda. Ia menekankan pentingnya keseimbangan spiritual dan kepedulian sosial, terutama dalam menggunakan hasil jerih payahnya dari dunia tinju.
"Saya selalu sisihkan 10 persen untuk gereja, dan 10 persen lainnya untuk membantu orang miskin—membangun rumah, menyediakan mata pencaharian berkelanjutan," tegasnya.
Kedua petinju sempat bertemu secara damai dalam sebuah acara di Jepang pada 2022. Namun, ketegangan lama tampaknya belum benar-benar padam. Pacquiao masih menyimpan hasrat untuk memancing Mayweather turun kembali ke ring profesional, meski peluang tersebut nyaris mustahil.
Di sisi lain, Mayweather telah mengantongi lebih dari US$1,2 miliar sepanjang kariernya dan secara terbuka mengakui bahwa uang memang menjadi motivasi utamanya dalam bertinju. Sebuah pendekatan yang jelas berbeda dari Pacquiao.
Meski kalah dalam duel mereka, Pacquiao tetap bersikeras bahwa Mayweather-lah yang bertanggung jawab atas mengecewakannya pertarungan tersebut.
"Mayweather hanya berlari sepanjang 12 ronde dan menang. Apa hebatnya itu?" kata Pacquiao.
"Saya merasa kasihan pada para penggemar. Pertarungan itu membosankan. Itu bukan yang diharapkan penonton dari kami sebagai petarung. Saya sebagai penonton ingin melihat pertarungan yang seru, bukan pertunjukan busana. Aksi, bukan gaya!"
Pacquiao memang telah sempat meninggalkan ring untuk terjun ke dunia politik, bahkan sempat mencalonkan diri sebagai presiden Filipina. Namun kini, dengan darah petarung yang belum juga padam, ia siap kembali membawa gebrakan baru di dunia tinju.
Apakah ini akan menjadi awal dari saga baru? Ataukah hanya nostalgia yang tak kunjung usai? Waktu yang akan menjawab.