Kisah Aisha, Seorang Mualaf Cantik yang Berhasil Islamkan 30 Orang
- Istimewa
Jakarta – Seorang perempuan bernama Aisha Bhutta, yang nama aslinya Debbie Rogers, berbagi cerita menakjubkan tentang bagaimana dia memeluk Islam dan memberikan hidayah kepada 30 orang keluarga dan kerabatnya.
Dilansir dari laman universitas pakuan, unpak, Kamis, 7 Maret 2024, Keluarga Rogers adalah Kristen yang setia. Mereka sering menghadiri pertemuan Tentara Pembebasan.
Debbie Rogers lebih suka memasang gambar Yesus di dindingnya ketika semua remaja di Inggris mencium poster artis George Michael.
Aisha Bhutta
- Istimewa
Namun, dia menemukan bahwa kekristenan tidak cukup; ada banyak pertanyaan yang belum dijawab, dan dia tidak bahagia karena keyakinannya tidak memiliki struktur yang mendukungnya.
Dia mengatakan, "Pasti ada lebih banyak yang harus kupatuhi daripada sekadar berdoa ketika aku menginginkannya."
Debbie Rogers masih seorang gadis Kristen taat berusia belia saat mengenal Muhammad, pria yang kini menjadi suaminya.
Aisha pertama kali bertemu calon suaminya, Mohammad Bhutta, ketika dia berusia 10 tahun. Muhammad merupakan pelanggan toko yang dikelola oleh keluarga Rogers. Aisha melihatnya sholat di ruang belakang.
“Ada kepuasan dan kedamaian dalam apa yang dia lakukan. Dia mengatakan dia adalah seorang Muslim. Saya berkata: Apa itu seorang Muslim?” tutur Aisha.
Kemudian dengan bantuan Muhammad, dia mulai mencari lebih dalam tentang Islam.
Pada usia 17, dia telah membaca seluruh isi Alquran dalam bahasa Arab.
“Semua yang saya baca,” katanya, “masuk akal.”
Debbie Rogers yang kemudian bernama Aisha, membuat keputusan untuk masuk Islam pada saat dirinya masih berusia 16.
“Ketika aku mengucapkan kata-kata itu, rasanya seperti beban besar yang kubawa di pundakku terlempar. Aku merasa seperti bayi yang baru lahir,” ungkap Aisha.
Ilustrasi Alquran.
- Freepik
Orang tua Muhamad tetap menentang pernikahan mereka, meskipun dia telah menjadi mualaf. Mereka menganggapnya sebagai wanita dari Barat yang akan menipu putra tertua mereka dan memberi nama keluarga yang tidak baik.
Meskipun demikian, pasangan itu menikah di masjid di lingkungan mereka. Ibu dan saudara perempuan Muhamad menyelinap ke upacara melawan keinginan ayahnya untuk tidak hadir, dan Aisha mengenakan gaun yang dijahit tangan.