Pejabat Tinggi Tiongkok Sebut Islam di Xinjiang Perlu Disinisasi

Perempuan etnis minoritas Muslim Uighur menyambut para wsiatawan di gerbang Kota Tua Kashgar, wilayah selatan Daerah Otonomi Xinjiang, China.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie

Beijing – Pejabat tinggi Partai Komunis Xinjiang mengatakan bahwa “Sinisisasi” Islam di wilayah mayoritas Muslim di barat laut Tiongkok, tempat Beijing dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia, “tidak dapat dihindari”.

Silaturahmi Punya Manfaat Luar Biasa, Ustaz Khalid Basalamah Ungkap Fakta Mengejutkan

“Semua orang tahu bahwa Islam di Xinjiang perlu disinisasi, ini adalah tren yang tidak bisa dihindari,” kata ketua partai regional Ma Xingrui kepada wartawan di sela-sela sesi parlemen tahunan Tiongkok di Beijing, seperti dilansir NDTV, Jumat 15 Maret 2024.

Kelompok hak asasi manusia menuduh Beijing melakukan pelanggaran yang meluas terhadap warga Uighur, etnis minoritas Muslim yang berjumlah sekitar 10 juta jiwa di Xinjiang, termasuk menolak kebebasan beragama sepenuhnya bagi warga Uighur. Beijing dengan tegas menyangkal adanya pelanggaran apa pun.

Datangi Posko TNI, Eks Kombatan GAM Bawa Senjata Serbu yang Telah Terkubur 20 Tahun Lalu

Presiden Tiongkok Xi Jinping telah berulang kali menyerukan “Sinisisasi” agama-agama termasuk Islam, Budha dan Kristen, dan mendesak para pengikutnya untuk berjanji setia kepada Partai Komunis di atas segalanya. Sekitar dua pertiga masjid di Xinjiang telah rusak atau hancur sejak tahun 2017, menurut laporan lembaga pemikir Australia.

Selama konferensi pers, Ma dan pejabat regional lainnya memuji perkembangan ekonomi Xinjiang, membantah tuduhan AS mengenai kerja paksa dan genosida budaya, dan mencoba menggambarkan wilayah tersebut sebagai wilayah yang terbuka bagi pariwisata dan investasi asing.

Prajurit Terbaik Meninggal, Jenderal Marinir TNI Ini Hantar Jenazah Hingga ke Liang Kubur

Ma, mantan gubernur provinsi Guangdong yang makmur dan dipindahkan ke Xinjiang pada tahun 2021, menekankan perlunya “koordinasi keamanan dan pembangunan”.

Para peserta didik kamp pendidikan vokasi etnis Uighur di Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina, antre makan siang di kantin saat jam istirahat, Jumat, 3 Januari 2019.

Photo :
  • ANTARA FOTO/M Irfan Ilmie

“Ketiga kekuatan tersebut masih aktif hingga saat ini, namun kita tidak boleh takut (untuk membuka diri) karena mereka ada,” kata Ma, menggunakan slogan politik yang mengacu pada “separatisme etnis, ekstremisme agama, dan kekuatan teroris yang kejam” di Xinjiang.

Beijing pada tahun 2017 melancarkan tindakan keras keamanan di Xinjiang setelah serangkaian protes etnis yang disertai kekerasan, yang mengakibatkan lebih dari satu juta orang dari beberapa minoritas Muslim ditahan di kamp pendidikan ulang, menurut kelompok hak asasi manusia.

“Kami telah melakukan tindakan keras terhadap kegiatan teroris, mengeluarkan dan menerapkan undang-undang anti-terorisme untuk memerangi berbagai bentuk terorisme,” kata anggota senior parlemen Xinjiang, Wang Mingshan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya