Mobil Paling Irit Mewakili Indonesia

SEMA 2014 filipin.
Sumber :
  • http://rakatateam.com/

VIVAnews - Pertumbuhan jumlah penduduk dapat dipastikan berbanding lurus dengan peningkatan konsumsi energi dunia. Bahkan menurut Badan Energi Dunia (International Energy Agency/IEA), permintaan energi dunia meningkat sebesar 45% atau rata-rata 1,6% pertahun, hingga tahun 2030.

Kapolres Bogor AKBP Wikha Fokus Deteksi Dini dan Sinergi Lintas Fungsi Cegah Kriminalitas

Sayangnya, demand yang besar ini tidak diimbangi dengan suplai bahan bakar fosil yang memadai. Melihat prediksi tersebut, ditambah dengan dukungan fakta energi dunia saat ini, para ilmuwan dan akademisi dunia bekerja untuk menemukan sumber energi yang renewable serta ecofriendly.

Indonesia, negara dengan ribuan pulau ini ternyata menyimpan jutaan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT). Menurut Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dalam acara Focus Group Discussion tentang Supply-Demand Energi Baru Terbarukan, potensi EBT Indonesia antara lain mini/micro hydro sebesar 450 MW, biomassa 50 GW, energi surya 4,80 kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det, dan energi nuklir 3 GW.

Salah satu potensi EBT yang dimiliki oleh Indonesia adalah Bioethanol. Bioethanol adalah bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan dengan cara fermentasi.

Kanada Akan Akui Palestina, Trump Ancam Kesepakatan Dagang

Bioethanol, yang terbuat dari ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu, ini sangat potensial karena bahan bakunya merupakan jenis tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia dan sudah dikenal masyarakat luas.Selain bisa mengurangi kebutuhan akan BBM premium, penggunaan Bioethanol, yang mengandung 35% oksigen, ini juga bisa membantu mengurangi efek gas rumah kaca karena kandungan oksigennya meningkatkan efisiensi pembakaran. Keunggulan Bioetanol lainnya adalah bersifat ramah lingkungan karena gas buangnya rendah, mudah terurai, dan aman.

Walaupun begitu, masih banyak hal yang menghambat pemanfaatan Bioethanol di Indonesia. Rencana pengembangan lahan untuk tanaman penghasil bahan baku Bioethanol oleh pemerintah belum sejalan dengan rencana pengembangan Bioethanol di sektor energi.

Rencana pemerintah tentang pengembangan energi Bioethanol ini juga belum selaras dengan rencana pelaku bisnis dan juga pengelola lahan pertanian. Selain itu, hambatan pemanfaatan Bioethanol juga berasal dari ketidakpastian risiko investasi dan belum terbentuknya rantai tata niaga bioethanol.

Indodax: Kripto Bebas PPN Menempatkannya Sejajar dengan Produk Keuangan Lain

Lalu solusinya? Beberapa solusinya adalah perlu adanya penyusunan agenda bersama antara semua pihak yang terkait agar program-program yang dicanangkan dapat padu dan terintegrasi dengan baik. Program-program yang tersusun pun sebaiknya dibuat dalam bentuk sebuah standar agar dapat dipakai oleh stakeholder-stakeholder di masa mendatang.Selain itu, perlu dilakukan evaluasi yang kontinyu terkait peluang dan tantangan dalam investasi Bioethanol. Dan yang terakhir, perlu dibuat rantai tata niaga Bioethanol bersama dengan pemerintah.

Kelanjutanpemanfaatan potensi Energi Baru Terbarukan Indonesia yang sangatlah besar berada di tangan kita, para engineer muda masa depan. Tim Rakata adalah sekelompok mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung yang mencoba menggali pemanfaatan Bioethanol pada kendaraan bermotor dengan mengembangkan prototipe mobil hemat energi yang menggunakan Bioethanol sebagai bahan bakarnya.

Dengan begitu, Tim Rakata berharap dapat mempromosikan energi alternatif, terutama Bioethanol, dan mobilitas yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia serta mendorong pelajar Indonesia lainnya untuk turut bereksperimen dan mencari solusi bagi isu energi dan transportasi Indonesia.

Parade militer Myanmar pada Maret 2022 usai kudeta militer oleh junta

Junta Myanmar Cabut Status Darurat usai 4,5 Tahun

Langkah tersebut diwajibkan agar dapat menyelenggarakan pemilu umum yang rencananya akan diselenggarakan dalam beberapa bulan mendatang.

img_title
VIVA.co.id
31 Juli 2025