Lawan Korupsi Sejak Dini

Ilustrasi mengajar anak soal uang
Sumber :
  • http://i1.mirror.co.uk

Resmi Jadi Tersangka, Begini Peran Tom Lembong dalam Kasus Korupsi Impor Gula
2. Intensitas moral seseorang atau kelompok
Pengetahuan akan moral yang baik diperlukan demi mencegah terjadinya korupsi.
Tom Lembong Jadi Tersangka, Kejagung: Proses Penyidikan Sudah Berlangsung Setahun

3. Remunisasi atau penghasilan minim
39 Poin Penting Pidato Perdana Presiden Prabowo
Hal ini juga menjadi pemicu seseorang untuk melakukan korupsi. Namun, tidak lantas yang memiliki pendapatan tinggi tidak melakukan korupsi, jadi kembali ke masalah moral tadi.

4. Pengawasan bersifat internal - eksternal
Adanya pengawasan yang ketat tentu akan mampu meminimalisasi segala macam tindak korupsi.

5. Budaya taat aturan
Ini yang paling penting, yakni budaya sadar akan aturan hukum. Dengan sadar hukum, makan masyarakat akan mengerti konsekuensi dari apa yang ia lakukan.

Selain kelima faktor di atas, ada satu hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan, yaitu pendidikan sejak dini terhadap anak akan pentingnya kejujuran karena korupsi itu berawal dari sikap ketidakjujuran yang akhirnya menimbulkan kecurangan.

Pendidikan ini perlu diberikan oleh orang tua selaku panutan bagi anak. Tak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah lingkungan primer, tempat anak akan mendapatkan ilmu terutama mengenai nilai moral dari orangtuanya sendiri sehingga nantinya diharapkan mampu melahirkan generasi penerus yang antikorupsi.

Bicara mengenai pentingnya peran keluarga dalam membentuk generasi penerus antikorupsi, saya jadi teringat pada film Kita Vs Korupsi. Film ini simple, berisi empat cerita pendek mengenai bagaimana kita membangkitkan keberanian untuk tidak melakukan tindak korupsi, sekecil apapun itu.

Yang paling menarik perhatian saya dari film ini adalah cerita kedua berjudul "Aku Padamu" yang mengisahkan sepasang kekasih yang ingin menikah tanpa restu orangtua. Lupa membawa Kartu Keluarga (KK), maka pilihannya menyogok atau menjalani kembali secara benar. Keputusan yang bisa menghancurkan hubungan mereka. Laras, tokoh perempuan dalam cerita tersebut menolak keinginan pasangannya yang ingin menyewa calo di Kantor Urusan Agama (KUA) untuk mempermudah urusan mereka. 

"Kamu, cerminan rumah kamu," ucap Laras yang membuat pasangannya terhenyak seketika. Situasi tersebut mengingatkan Laras pada gurunya di sekolah dasar dahulu, yang pernah mengucapkan kalimat serupa kepadanya. Guru tersebut mengatakan jika di rumah sudah suka berbohong, pasti di luar nanti juga terbiasa seperti itu. Oleh sebab itu, ia melarang murid-muridnya untuk berbohong. Guru ini amat baik dan jujur. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya