Sekolah Tak Layak di Sumbawa
- ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Tapi, menurut keterangan Suchairy, jarangnya anak bersekolah tak hanya disebabkan jarak. Tidak bersemangatnya si anak bersekolah juga karena ada faktor lain. Dimana kurang kesadarannya orang tua terhadap pendidikan, sehingga sebagian anak harus membantu mereka bekerja mencari nafkah ketimbang bersekolah.
Tak cukup memberikan mereka pendidikan yang layak, namun pihak yayasan di bawah naungan Yayasan Ponpes Khoiru Ummah Sumbawa ini, merasa perlu mencari dana untuk menunjang fasilitas pendidikan. Terutama bangunan yang layak, agar mereka percaya diri.
Untuk itu, berbagai cara pun dilakukan. Baik itu meminta bantuan ke pihak pemerintah maupun ke pihak swasta. Namun semuanya minim tanggapan. Menurut Suchairy, Rumah Yatimlah yang paling tanggap dan yang pertama kali menanggapi pengajuan mereka. “Setelah kami mencari dana ke mana-mana, Rumah Yatimlah yang pertama kali member tanggapan dan respon secara cepat dan langsung,” tutur Suchairy.
Setelah melakukan survei ke daerah tersebut pada September 2017, akhirnya tepat di 3 Oktober 2017, tim Rumah Yatim langsung pergi ke sana. Dengan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan, tak menyurutkan Tim Rumah Yatim menuju lokasi penyaluran.
Sambutan yang hangat dan penuh haru disaksikan. Dengan membawa bantuan sarana prasarana berupa triplek, semen, bata, kayu, dan pakaian layak pakai serta perlengkapan sekolah, Rumah Yatim NTB disambut gembira.
Bahkan, sebagian guru yang menjadi relawan di tempat tersebut menangis saking bahagianya. Karena kini, sekolahnya bisa diperbaiki. “Alhamdulillah, terima kasih banyak. Insyaallah triplek ini akan kami pasang untuk pembatas antara ruang guru dan ruang kelas,” ungkap Suchairy. (Tulisan ini dikirim oleh Sinta Guslia)
