Kesehatan Mental, 3 Dimensi Gejala Skizofrenia
- vstory
VIVA – Menurut World Health Organization (WHO), isu kesehatan mental di negara berkembang masih jadi topik yang terpinggirkan. Akibatnya, 4 dari 5 penderita gangguan mental belum mendapatkan penanganan yang sesuai. Pihak keluarga pun hanya menggunakan kurang dari 2% pendapatannya untuk penanganan penderitanya.
Seperti yang kita tahu, ada berbagai masalah kesehatan mental dan salah satunya yaitu skizofrenia. Istilah skizofrenia sering disamakan dengan orang gila, padahal stigma ini tidak akurat sama sekali. Hanya saja ada beberapa gejala yang muncul pada dirinya, sehingga dia tidak berperilaku selayaknya orang normal.
Skizofrenia menyerang sekitar lebih dari 23 juta orang di dunia. Sementara di Indonesia, pengidap skizofrenia mencapai 400.000 ribu orang dengan prevalensi 6,7% per 1000 rumah tangga.
Kurangnya pemahaman masyarakat tentang penyakit ini, menjadikan orang dengan skizofrenia (ods) tidak mendapatkan pengobatan yang tepat dan menjadi penyakit yang disalahpahami serta dicap negatif saat ini. Namun sebelum kita membicarakan ini lebih lanjut, apa itu skizofrenia?
Skizofrenia adalah penyakit mental serius yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir jernih, mengatur emosi, dan berperilaku dengan baik yang berefek pada hilangnya kemampuan membedakan antara imajinasi dan realitas.
Skizofrenia dapat menyerang semua kalangan, tetapi lebih cenderung pada usia remaja hingga awal 20-an bagi pria, dan akhir 20-an hingga awal usia 30-an bagi wanita. Umumnya bersifat kronis dan merupakan gangguan otak yang membutuhkan perawatan seumur hidup.
Gangguan skizofrenia memiliki gejala yang berbeda-beda bagi penderitanya, dan dibagi menjadi 3 dimensi yaitu :
1. Gejala positif
Gejala positif adalah indikasi yang hanya ditemukan pada penderita skizofrenia dan tidak ditemukan pada orang sehat. Gejala positif diantaranya :
• Delusi: Sebuah keyakinan kuat terhadap sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan dan tidak dapat terbantahkan oleh orang sekitarnya. Sebagai contoh, dia menganggap bahwa tayangan televisi sedang membicarakan tentang dirinya dan merasa bahwa dirinya bisa membaca pikiran orang ataupun sebaliknya.
• Halusinasi: Gangguan persepsi pada pengendalian. Misalnya adanya stimulus atau rangsangan melihat, mencium, merasakan, mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
• Gangguan pikiran: di mana seseorang kesulitan berpikir secara logis dan menimbulkan pembicaraan yang sukar dimengerti.