Warisan Buddha Tibet Jadi Target Tiongkok
- Pixabay/ Pexels
Tibet, VIVA – Sudah 22 tahun sejak Taliban menghancurkan patung Buddha Bamiyan raksasa pada tahun 2001, tindakan yang sangat menyakiti umat Buddha di seluruh dunia dan menandai kejatuhan cepat rezim Taliban, yang menyebabkan kekacauan selama dua dekade di Afghanistan.
Tragisnya, patung Buddha setinggi 99 kaki di Tibet dihancurkan pada tanggal 12 Desember 2021 oleh pemerintah Tiongkok. Patung ini, yang merupakan upaya masyarakat di Drango, Tibet Timur, dibangun dengan izin dari pemerintah setempat untuk memohon perlindungan terhadap bencana alam yang sering terjadi di daerah tersebut.
Sumber-sumber terpercaya melaporkan bahwa, sebelum menghancurkan patung tersebut, pemerintah Tiongkok secara paksa menghancurkan sebuah sekolah yang mendidik sekitar seratus anak dan membongkar 45 roda doa Buddha. Tindakan-tindakan ini bertentangan dengan klaim mereka tentang kebebasan beragama di Tibet, yang menandakan meningkatnya penindasan.
Seperti dilansir Voices Against Autocracy, Selasa 17 Desember 2024, pembongkaran oleh pejabat Tiongkok sangat melukai sentimen budaya dan agama Tibet, yang meningkatkan rasa takut dan kebencian. Meskipun ada Perjanjian 17 Poin tahun 1951 yang berjanji untuk menghormati tradisi Tibet, penindasan telah meningkat sejak Revolusi Kebudayaan Mao, dan terutama di bawah Xi Jinping, yang membatasi kebebasan beragama di Tibet, Xinjiang, dan Mongolia Dalam.
Budaya dan agama Tibet saling terkait erat, sehingga sulit dipisahkan. Tradisi Buddhisme Tibet memainkan peran penting dalam budaya, tidak hanya dalam praktik keagamaan tetapi juga dalam menyebarkan pendidikan dan melestarikan warisan budaya dan bahasa Tibet yang kaya.
Secara historis, biara-biara Tibet telah menjadi pusat pembelajaran dan pengembangan, bahkan sebelum sistem pendidikan yang mapan ada di Tibet. Kurikulum di sebagian besar pusat biara sebagian besar seragam, dengan hanya sedikit variasi menurut tradisi tertentu.
Ilustrasi biksu Tibet.
- Daily Mail
Tibet membanggakan warisan sastra yang telah ada selama lebih dari 1.300 tahun, menjadikannya salah satu tradisi Asia yang paling luas dan berpengaruh. Inti dari Buddhisme Tibet adalah filosofi agama yang penting, yang sering kali diwariskan secara lisan dari guru kepada muridnya, bukan melalui teks tertulis.
Tradisi filosofis ini telah memperkuat otoritas agama dan politik para pengawas lembaga pendidikan, membekali mereka untuk memberikan pelatihan yang ketat dalam hal logika dan filsafat. Hasilnya, biara-biara Tibet memiliki dampak yang mendalam pada identitas nasional, bahasa, agama, dan tradisi budaya.