Mantan Tahanan Termuda Palestina Blak-blakan Ungkap Pengalaman Mengerikan di Penjara Israel
- ANTARA/Anadolu/py
Yerusalem, VIVA - Setelah lebih dari 16 bulan di penjara Israel, Rose Khwais, remaja Palestina berusia 17 tahun, tahanan wanita termuda yang pernah ditahan Israel, dibebaskan melalui kesepakatan gencatan senjata Gaza dan pertukaran tahanan.
Otoritas Israel membebaskan 90 tahanan Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, pada Minggu malam, 19 Januari 2025, dari Penjara Ofer, di Ramallah barat, daerah pendudukan Tepi Barat, sebagai bagian fase pertama kesepakatan gencatan senjata.
Khwais, yang ditangkap pada Mei 2024 di Kota Tua Yerusalem Timur, sebelumnya dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Ini adalah pengalaman pertamanya sebagai tahanan.
Tentara Israel menewaskan seorang remaja Palestina dan melukai dua orang lainnya dalam sebuah penggerebekan pada Minggu malam, 19 Januari 2025, di Tepi Barat.
- ANTARA
"Saya masuk penjara dalam keadaan terguncang, bahkan tidak tahu apa itu penjara," ungkap Khwais kepada Anadolu saat kembali ke rumahnya di Yerusalem Timur.
Ditangkap pada usia 16 tahun, Khwais mengaku tidak memiliki pengetahuan tentang metode interogasi Israel maupun taktik keras mereka.
"Saya bahkan tidak tahu seperti apa sel penjara itu. Yang saya tahu dari cerita para tahanan lain hanyalah bahwa itu adalah ruangan kecil dengan kasur. Tapi saya tidak pernah membayangkan akan seburuk itu," tambahnya.
Menggambarkan pengalamannya, Khwais mengungkapkan bahwa "Penjara itu seperti kegelapan. Anda tidak melihat siapa pun. Itu hanya kuburan yang bercahaya."
Ilustrasi salah satu penjara Zionis Israel.
- ANTARA/Mostafa Alkharouf-Anadolu
Penindasan dan intimidasi
Khwais mengingat berbagai bentuk penderitaan yang dialaminya selama dalam tahanan Israel.
"Kami mengalami penindasan, termasuk penggunaan senjata, intimidasi, dan ancaman," ujarnya.
Ia juga mengungkapkan pelanggaran privasi, termasuk penggeledahan tubuh, ancaman intimidasi, dan pelecehan terhadap perempuan.
"Ada pelecehan nyata," katanya, merujuk pada insiden seperti perempuan yang kembali dari sel isolasi tanpa mengenakan hijab mereka.
Karena kondisi sulit yang dialaminya, Khwais mengaku: "Penjara mengubah banyak hal dalam diri saya."
Kondisi keras dan metode interogasi yang berat menyebabkan Khwais menderita masalah kesehatan, menghadapi tantangan yang jauh melampaui usianya selama di penjara Israel.
"Penjara banyak mengubah saya. Setelah 37 hari interogasi di Al-Maskobiya (pusat penahanan Israel di Yerusalem Barat), saya tidak mampu bertahan lagi. Dalam perjalanan ke pengadilan, di bawah tekanan berat, saya tiba-tiba mendapati diri saya di rumah sakit," tuturnya.