WWF ke-10 di Bali, Putu Rudana: Penanda Air Bukan Isu Ecek-ecek tapi Sangat Krusial

Wakil Ketua BKASP DPR RI, Putu Supadma Rudana dan Presiden Dewan Air Dunia.
Sumber :
  • istimewa

“Mereka bertemu tidak hanya hadir dalam forum, tetapi berbagi pengetahuan, pengalaman, dan praktik dalam isu konservasi, perlindungan, pemeliharaan air, sarananya, dan limbah buangannya,” jelasnya.

Lebih lanjut, dia menyampaikan berbagai masyarakat dunia tentu punya kearifan-kearifan. Kata Putu, hal itu menarik bagi parlemen untuk kemudian mengetahuinya lebih luas dan berbagi praktik-praktik tersebut.

“Di Bali, kata dia, kearifan lokalnya adalah konsep Tri Hita Karana, konsep Hari Nyepi, dan sistem irigasi SUBAK dengan jaga kesinambungan baik danau, sungai maupun springs atau mata air," tutur legislator asal Bali tersebut.

Menurut dia, di Indonesia khususnya Bali juga memiliki penghormatan yang tinggi terhadap air atau disebut TIRTA. "Indonesia juga memiliki penghormatan yang sama tinggi antara daratan dan sumber air, yaitu dengan menyebut negeri kita sebagai Tanah Air,” ujar politikus Partai Demokrat tersebut.

Putu menambahkan, pemaknaan Tanah Air itu memperkuat Indonesia jadi tuan rumah yang penuh makna. Alasannya karena dua pertiga wilayah Indonesia adalah lautan, sepertiga adalah daratan

Kemudian, dia juga beri penghormatan setinggi-tingginya kepada para pendiri dan tokoh bangsa pendahulu. Sebab, dia menyebut karena faktor pendiri bangsa yang sejak awal beri penekanan makna sebuah negara bahwa Indonesia disebut Tanah Air.

“Kita beri respect kepada para pendiri bangsa, sudah dari awal beri penekanan makna sebuah negara, country itu adalah Tanah Airku Indonesia. Tanah dan air,”  lanjut Anggota Komisi VI DPR tersebut.

Putu menguraikan alasan isu air tak bisa dianggap remeh. Dia bilang demikian karena hal itu kaitannya dengan tantangan global terkair dengan perubahan iklim. Data dari World Resources Institute (WRI) Aqueduct Water Risk Atlas, sedikitnya 25 negara-seperempat dari populasi dunia-terekspos pada tingkat water stress yang sangat tinggi secara menahun.

“Sekitar 4 miliar penduduk, terancam kelangkaan air sedikitnya sebulan sekali per tahun. Pada 2050, angka tersebut dapat meningkat ke 60% dari penduduk global," tuturnya.

Menurut dia, untuk Indonesia, khususnya Pulau Jawa, Bali, NTB, hingga Tanimbu (Maluku), pada 2030, diperkirakan mengalami kelangkaan air dari tinggi hingga sangat tinggi. Putu menyebut tantangan terkait water stress ini berlipat.