WWF ke-10 di Bali, Putu Rudana: Penanda Air Bukan Isu Ecek-ecek tapi Sangat Krusial

Wakil Ketua BKASP DPR RI, Putu Supadma Rudana dan Presiden Dewan Air Dunia.
Sumber :
  • istimewa

"Tidak hanya dari perubahan iklim, tetapi juga akibat konflik dan peperangan. Bisa dibilang air ini untuk kesejahteraan dan perdamaian dunia,” ujarnya.

Dia pun merincikan merujuk data dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs 2023 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), masih mencatat miliaran penduduk mengalami kekurangan akses ke air minum layak (aman), sanitasi dan higienitas. Sementara di Indonesia, cakupan layanan air minum sudah berada di 91,05 persen dengan target pemerintah 100 persen pada 2024.

Putu menambahkan setidaknya ada empat hal yang didorong DPR RI melalui BKSAP yaitu mendorong pembahasan isu air dan sanitasi dalam bingkai pencapaian SDGs khususnya SDG 6 tentang air dan sanitasi.

Menurut dia, hal itu penting karena situasinya sangat mendasar bagi kebutuhan manusia dan juga dalam upaya mewujudkan target-target pembangunan berkelanjutan.

Kedua, Putu menuturkan, BKSAP berkeinginan agar kearifan lokal. Dia menuturkan kekuatan sejarah adat dalam menghormati air, buka ruang secara inklusif dan merata bagi komunitas lokal untuk memanfaatkannya jadi kekayaan tak benda yang dapat diakui pengambil kebijakan.

Selanjutnya yang ketiga, dia berujar seiring dengan fenomena perubahan iklim yang semakin tak terbendung, BKSAP mau membahas bersama dengan komunitas parlemen global mengenai konektivitas isu air dan perubahan iklim. Pembahasan itu terkait bagaimana kedua isu berpengaruh bagi kehidupan manusia.

“Oleh karenanya, perlu langkah-langkah yang urgen untuk mengatasi tantangan-tantangan yang muncul akibat situasi air dan perubahan iklim,” ucap Putu Rudana.

Kemudian, Putu menuturkan agenda yang tak kalah penting keinginan BKSAP untuk dorong potensi kolaborasi, kerja sama saintifik, peluang-peluang diplomasi air atau hydrodiplomacy untuk koeksistensi antarbangsa.