Struktur Bangunan Ponpes Al Khoziny Jadi Sorotan, Pakar ITS Ungkap Penyebab Ambruk
- Antara
Sidoarjo, VIVA – Struktur bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadi sorotan publik usai ambruk dan menimbulkan korban jiwa. Netizen ramai membahas arsitektur bangunan tersebut, yang terlihat tidak lazim karena makin melebar di bagian atas dengan penopang berupa tiang-tiang kecil di bawahnya.
Dalam video yang beredar di media sosial, bangunan lima lantai itu berdiri megah, namun di bagian bawahnya masih terlihat konstruksi lama dua lantai yang ditambah penyangga baru. Kondisi ini membuat publik mempertanyakan kelayakan bangunan tersebut.
Pakar konstruksi dari Teknik Sipil Institut Teknologi Sebelas Maret (ITS), Mudji Irawan, menilai pola keruntuhan bangunan ponpes ini menunjukkan adanya kegagalan konstruksi. Ia menjelaskan, pola ambruknya bangunan membuat Basarnas kesulitan dalam menjangkau korban yang tertimbun.
Mudji juga menekankan bahwa kerusakan tidak terjadi secara parsial, melainkan menyeluruh, di mana semua elemen struktur gagal berfungsi. Namun penyebab detail masih perlu penelitian lebih lanjut karena fokus utama saat ini adalah penyelamatan korban.
"Kerusakan ini bukan parsial, tapi menyeluruh. Semua elemen strukturnya gagal,” tambahnya.
Evakuasi Korban Masih Berlangsung
Tim SAR mengevakuas korban Musala Ponpes Al Khoziny ambruk pada Senin, (29/9)
- BNPB
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) masih terus berupaya mengevakuasi korban yang tertimbun reruntuhan. Kepala Kantor Basarnas Surabaya, Nanang Sigit, menyampaikan bahwa pada Jumat petang, 3 Oktober 2-25. Tiga jenazah kembali ditemukan secara beruntun.
“Dengan demikian total korban yang berhasil dievakuasi hari ini sebanyak delapan orang. Sehingga total yang sudah berhasil dievakuasi mencapai 116 orang,” ujarnya dikutip Antara.
Dari jumlah tersebut, 13 orang dinyatakan meninggal dunia. Korban ditemukan di sektor A3, tidak jauh dari titik sebelumnya di sektor A2. Nanang mengatakan kondisi tubuh korban masih utuh meski terdapat pembengkakan.
Menurutnya, evakuasi dilakukan hati-hati. Setiap kali ada korban yang terlihat, penggunaan alat berat dihentikan sementara.
“Alat berat tidak digunakan untuk membongkar seluruh puing sekaligus, melainkan membuka akses menuju titik korban,” ucapnya.
Ia menambahkan, proses pembersihan material reruntuhan telah mencapai sekitar 50 persen. Pencarian korban dilakukan secara kombinasi antara metode manual dan penggunaan alat khusus, seperti search cam flexible Olympus, Xaver 400 wall scanner, hingga multi search leader.