Isu Gagal Bayar Dinilai Jadi Pemantik Anjloknya Saham Jiwasraya
- vivanews/Andry Daud
Sebaliknya, jelas dia, nilai saham yang dikategorikan lapis tiga atau yang berkapitalisasi kecil bisa naik signifikan tanpa diduga.
“Jadi, saham bersifat fluktuatif, bisa naik bisa turun. Demikian juga saham yang dimiliki Jiwasraya waktu itu memang nilainya turun semua," ujarnya.
Kresna meyakini jika kondisi pasar membaik maka harga-harga saham Jiwasraya ini akan terkerek naik lagi.
Di samping sentimen negatif itu, Kresna mengatakan, para MI mengakui bahwa anjloknya nilai saham yang dimiliki Jiwasraya di bursa turut dipengaruhi oleh kondisi pasar modal pada 2018. Kinerja indeks harga saham atau IHSG sepanjang tahun itu mengalami penurunan 2,5 persen.
Penurunan IHSG sepanjang 2018 itu terkait erat dengan sejumlah sentimen negatif di ekonomi nasional, termasuk pertumbuhan ekonomi Indonesia yang belum beranjak dari 5 persen, depresiasi nilai tukar rupiah, dan defisit neraca perdagangan.
Sentimen lain yang turut memengaruhi kondisi itu adalah kondisi luar negeri seperti perang dagang dan penaikan Fed Funds Rate (FFR) bank sentral Amerika Serikat.
"Saya tanya MI, apakah hanya saham IIKP dan TRAM saja yang turun? Ternyata tidak. Karena hampir semua sahamnya turun," kata Kresna.
Dia menambahkan, kondisi serupa dialami oleh portofolio saham yang dimiliki Asuransi Jiwasraya. Nilai sekitar 100 saham yang dimiliki BUMN itu menurun pada periode tersebut.
Namun, Kresna menegaskan bahwa berdasarkan keterangan MI, kondisi itu bisa berbalik. Menurut dia, kinerja saham-saham milik Asuransi Jiwasraya bisa meningkat lagi bila kondisi ekonomi dan kinerja IHSG membaik.
"Dan itu kesaksian MI yang dihadirkan JPU," ujarnya.