58 Persen Kelas Menengah RI Rentan Jatuh Miskin, Ini 5 Cara Lindungi Keuangan Anda

Ilustrasi kelas menengah di Indonesia.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Jakarta, VIVA – Banyak orang melihat kelas menengah sebagai simbol keberhasilan ekonomi, stabilitas, dan keamanan finansial. Namun kenyataannya tak seindah yang dibayangkan.

Laporan Asian Development Bank (ADB) tahun 2020 berjudul "The Rise of Asia's Middle Class" mengungkap bahwa 58 persen kelas menengah di Indonesia sebenarnya sangat rentan secara ekonomi. Kondisi ini menjadi peringatan serius, bahwa ilusi mapan bisa runtuh hanya dalam satu malam.

Kelas menengah yang terlihat hidup nyaman justru hidup dalam kerentanan finansial. Mereka tidak lagi tergolong penerima bantuan sosial dari pemerintah, namun pada saat yang sama juga belum memiliki ketahanan ekonomi yang cukup.

Sekali tergelincir oleh kondisi seperti sakit berat, pemutusan hubungan kerja (PHK), atau gagal membayar cicilan, mereka bisa langsung terjatuh ke bawah garis kemiskinan.

Hal tersebut dikutip dari akun Instagram @pandemictalks. Situasi ini diperparah dengan minimnya perlindungan sosial, serta ketergantungan pada penghasilan rutin tanpa adanya cadangan dana darurat yang memadai.

Ilustrasi kelas menengah

Photo :
  • freepik.com/ jcomp

Kenapa Kelas Menengah Rentan Secara Finansial?

Ada beberapa alasan yang membuat kelompok ini rentan:

- Tingginya beban cicilan, mulai dari KPR, kendaraan, hingga utang konsumtif.
- Biaya hidup yang tinggi, khususnya di kota-kota besar.
- Minimnya literasi keuangan, seperti kurangnya pemahaman soal dana darurat, investasi, dan proteksi asuransi.
- Tidak memiliki multiple income stream, alias hanya mengandalkan satu sumber penghasilan saja.

Cara Mengelola Keuangan agar Tidak Jatuh Miskin Mendadak

Bila Anda termasuk dalam golongan kelas menengah, berikut beberapa langkah penting yang bisa Anda lakukan agar lebih tangguh secara finansial:

1. Bangun Dana Darurat

Dana darurat sangat penting untuk mengantisipasi kondisi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau biaya medis mendesak. Idealnya, Anda memiliki dana darurat setara 3–6 bulan pengeluaran bulanan. Simpan di instrumen yang mudah dicairkan seperti tabungan atau deposito.

2. Kurangi Utang Konsumtif

Jangan jadikan cicilan sebagai gaya hidup. Batasi penggunaan kartu kredit dan utang konsumtif lain yang tidak memberikan nilai tambah finansial. Prioritaskan pembayaran utang dengan bunga tinggi.

3. Diversifikasi Penghasilan

Cari cara agar tidak hanya mengandalkan satu sumber pendapatan. Anda bisa memulai usaha sampingan, berinvestasi, atau membangun passive income dari aset digital, sewa properti, dan lainnya.

4. Pahami Prioritas Finansial

Belajar membedakan kebutuhan dan keinginan adalah kunci. Fokus pada pengeluaran esensial dan rencanakan anggaran bulanan. Gunakan aplikasi pencatat keuangan untuk membantu.

5. Miliki Proteksi Asuransi

Asuransi kesehatan dan jiwa sangat penting, khususnya jika Anda adalah pencari nafkah utama dalam keluarga. Ini adalah bentuk perlindungan terhadap risiko keuangan yang besar.

Menjadi kelas menengah bukanlah jaminan kebebasan finansial. Justru di posisi inilah Anda harus lebih waspada, karena satu krisis saja bisa menghapus seluruh hasil kerja keras bertahun-tahun. Membangun fondasi keuangan yang kuat bukan hanya soal gaji besar, tapi soal pengelolaan yang cerdas dan kesiapan menghadapi risiko.