Nasib Pekerja Kantoran di Era AI, 5 Karier Ini Bisa Jadi 'Penyelamat'

Ilustrasi kelas menengah di Indonesia.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Jakarta, VIVA – Kekhawatiran bahwa kecerdasan buatan (AI) akan menggeser banyak pekerjaan white collar makin menjadi kenyataan. Namun, di balik ketakutan tersebut, ada sisi positif yang tak kalah besar, yakni, AI juga menciptakan lapangan kerja baru yang sebelumnya tak pernah ada. 

MWX dan IDRX Bantu UMKM Maksimalkan AI Genjot Kinerja Bisnis

Laporan New Trader U, dikutip Kamis, 24 Juli 2025, turut menyoroti lima profesi baru kelas menengah yang akan tumbuh pesat hingga 2030 karena perkembangan AI.

Berbeda dari pekerjaan lama yang hanya direformulasi, tren karier baru ini muncul dari kebutuhan untuk menjembatani kemampuan teknologi dengan pemahaman manusia. Mereka yang mampu beradaptasi, terus belajar, dan memahami cara kerja AI serta dampaknya, akan berada di garda depan dunia kerja baru yang lebih kolaboratif.

Takut Kalah Saing dengan AI, Gen Z Berbondong-bondong Ubah Arah Karier

Berikut lima jenis karier white collar baru yang diprediksi akan booming dalam lima tahun ke depan:

Ilustrasi aktivitas / bekerja.

Photo :
  • vstory
Dikira Sepi Peminat, Daftar Jurusan Kuliah Ini Malah Jadi Incaran Perusahaan Gede

1. AI Model Auditors & Ethics Compliance Specialists

Profesi ini berperan sebagai pengawas dalam penerapan sistem AI agar tetap adil, transparan, dan sesuai hukum. Tugasnya meliputi audit algoritma, memantau bias dalam data, serta menyusun pedoman etika internal.

Latar belakang yang cocok: data science, hukum, kebijakan publik, hingga manajemen risiko. Keterampilan yang dibutuhkan mencakup statistik, pemrograman dasar, dan pemahaman etika. Sektor yang sudah membutuhkan profesi ini antara lain, layanan keuangan, layanan kesehatan, dan SDM.

2. Prompt Engineers & AI System Trainers

Mereka bukan sekadar pengguna AI, tapi ahli yang menyusun dan menyempurnakan prompt agar AI bisa menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan bisnis. Mereka juga membantu perusahaan dalam proses fine-tuning model AI agar lebih akurat dan efisien.

Profesi ini memadukan kemampuan teknis, logika, dan kreativitas, serta cocok untuk mereka yang berasal dari latar belakang penulisan teknis, pengembangan perangkat lunak, atau analis bisnis.

3. AI Integration & Human-AI Collaboration Specialists

Pekerjaan ini fokus pada mengintegrasikan AI ke dalam sistem kerja manusia secara mulus, tanpa mengganggu produktivitas. Tugasnya termasuk menganalisis proses kerja, melatih karyawan dalam menggunakan AI, dan mengelola perubahan budaya kerja.

Mereka juga berperan penting dalam mengatasi kecemasan karyawan terkait otomatisasi, dan membantu perusahaan mengoptimalkan sinergi antara manusia dan mesin.

4. AI Cybersecurity Analysts

Dengan meningkatnya penggunaan AI, ancaman keamanan siber pun ikut berevolusi. AI Cybersecurity Analysts bertugas melindungi sistem AI dari serangan seperti data poisoning, model theft, hingga manipulasi output.

Profesi ini menuntut pemahaman mendalam tentang keamanan jaringan, algoritma machine learning, dan cara kerja serangan siber modern. Cocok untuk profesional IT yang ingin beralih fokus ke keamanan AI.

5. AI-Enhanced Healthcare Data Analysts

Bidang kesehatan juga menjadi ladang subur bagi integrasi AI. Analis data kesehatan berbasis AI membantu menerjemahkan output dari algoritma diagnosis ke dalam langkah klinis yang lebih akurat.

Mereka menjadi penghubung antara tim medis dan teknologi, serta berkontribusi dalam peningkatan layanan, efisiensi rumah sakit, hingga pengembangan obat baru. Keahlian di bidang statistik, informatika medis, dan regulasi kesehatan sangat dibutuhkan di sini.

Menuju Dunia Kerja yang Lebih Manusiawi dan Canggih

Kelima profesi ini bukan hanya contoh dari tren baru, tapi juga bukti bahwa masa depan tidak melulu soal robot mengambil alih pekerjaan manusia. Justru, akan muncul lebih banyak ruang bagi profesi yang menekankan kemampuan unik manusia seperti berpikir strategis, komunikasi, empati, dan pertimbangan etis.

Adaptasi adalah kuncinya. Anda tidak perlu menjadi ilmuwan komputer untuk bersaing, tapi perlu terus belajar dan terbuka terhadap cara kerja baru yang didukung AI. Dengan begitu, Anda tidak hanya bertahan, tapi juga berkembang di tengah transformasi digital yang terus berjalan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya